
Berbicara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), parameter yang bisa mengukur tinggi rendahnya hal yang satu ini bisa kita tengok dari sektor pendidikan. Pendidikan yang mempunyai sistem yang handal dan proporsional memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan SDM.
Selain pendidikan, ternyata faktor yang tidak kalah penting adalah mengenai budaya baca. Hal yang satu ini tidak bisa kita abaikan begitu saja. Karena, dengan membaca artinya memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu.
Membaca membuat sesorang menjadi tahu akan sesuatu hal, mendapat banyak pengetahuan, banyak referensi, dan selangkah lebih maju. Satu hal lagi, mungkin akan sangat banyak orang yang mengikuti Blackinnovationawards. Karena, membaca juga menjadi jalan datangnya inspirasi dan kreatifitas.
Buku merupakan salah satu cara untuk bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan membaca buku, kita menjadi lebih tahu akan sesuatu hal. Mengutip perkataan duta baca Indonesia, Tantowi Yahya, bahwasannya, orang yang tidak pernah baca buku dekat dengan ketidaktahuan. Orang yang tidak banyak tahu dekat dengan kebodohan. Dan kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan.
Maka tidak heran, jika banyaknya kemiskinan di suatu negara salah satu penyebab yang paling fundamental adalah lemahnya minat baca yang tindak lanjutnya adalah mempengaruhi kualitas SDM.
Budaya baca adalah yang menjadi jalan sukses bagi negara-negara maju sekarang. Black In News, di negara Amerika, Jepang, Korea, dan negara maju lainnya rata-rata membaca buku sehari sampai tiga buku. Maka tak heran bila di negara-negara tersebut selalu muncul berbagai kemajuan, keahlian, dan kreatifitas yang tinggi.
Sayangnya di negara kita tercinta, fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak menggambarkan minat baca yang tinggi. Berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa pun tak luput dari minimnya terhadap budaya membaca.
Beberapa faktor bisa menggambarkan atas kondisi yang terjadi. Salah satunya kemajuan teknologi yang merebak dewasa ini membuat seseorang malas untuk sekedar membaca buku, koran atau jurnal-jurnal. Mereka lebih senang bermain PS, nonton sinteron dan tontonan lain yang tidak mendidik
Sebenarnya faktor yang paling berpengaruh adalah budaya dari masyarakat itu sendiri. Tidak bermaksud menyalahkan. Lingkungan terdekat dalam hal ini keluarga misalnya, masih banyak orang tua tidak memberikan contoh membudayakan membaca kepada anak-anaknya.
Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak terbiasa didongengi secara lisan. Sehingga tidak ada pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis serta tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.
Beberapa solusi setidaknya sedikit banyak bisa mengubah minimnya minat baca. Salah satunya merubah kebiasaan dan menjauhi rasa enggan untuk membuka sebuah buku untuk dibaca.
Hal yang lebih penting dari semua itu adalah kesadaran akan pentingnya buku sebagai kebutuhan. Dengan menganggap buku sebagai barang yang sangat bermanfaat dan memberikan sesuatu yang berarti bagi kehidupan. Seseorang pasti akan berkorban apapun demi terpenuhi kebutuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar