Sabtu, 28 Februari 2009

Menahan Ego

Menahan Ego

Seseorang yang aktif dalam sebuah organisasi sudah pasti akan berhubungan dengan hal yang satu ini. Sebuah kegiatan yang menjadi ciri khas anak-anak yang terjun dalam organisasi—wadah penyaluran bakat dan eksistensi. Organisasi apapun itu, OSIS dan MPK di sekolah, maupun BEM dan UKM di kuliahan. Kegiatan apalagi kalau bukan rapat.


Menurut kamus bahasa Indonesia, rapat artinya musyawarah, tak renggang. Sesuai dengan arti leksikalnya, rapat bertujuan untuk lebih merapatkan diri dan menjadi dekat, baik pribadi maupun organisasi dari setiap orang yang menjadi anggota rapat tersebut. Mencari solusi atas permasalahan yang ada dengan mendengar pendapat setiap anggota ketika rapat tak luput dari substansi efektivitas rapat.



Bersyukur, saat SMA saya pernah aktif di berbagai organisasi kesiswaan. OSIS, MPK, dan jurnalistik pernah saya ikuti. Banyak pengalaman yang saya dapat dari sana. Termasuk pengalaman ketika rapat. Sudah tak terhitung berapa kali rapat yang saya ikuti ketika SMA. Mulai dari rapat membuat program kerja, anggaran, evaluasi, dan berbagai jenis rapat lainnya.


Bagi saya, ada beberapa pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan rapat. Pelajaran tentang leadership, kemampuan retorika, administratif, bagaimana cara mengemukakan pendapat dengan tidak menyinggung orang lain, dan banyak lagi. Pembelajaran yang tidak bisa didapat di kelas. Inilah yang disebut soft skill.


Saat saya mempimpin rapat gabungan OSIS dan MPK semasa SMA




Tidak mudah menyatukan gagasan dan ide dari berbagai orang yang berbeda latar belakang, sudut pandang, dan berbagai faktor lainnya. Itulah yang menjadi dinamika saat rapat. Kita dituntut untuk bisa menahan rasa ego masing-masing. Merasa benar atas gagasan sendiri dan menjatuhkan gagasan orang hal yang mesti dihindari. Sikap yang benar adalah dengan menyikapinya dengan arif. Black In News saja, dengan adanya sebuah perbedaan dan pembaruran tersebut, proses pendewasaan, problem solving, dan manajemen stress bisa dirasa manfaatnya.



Perbedaan mesti kita pandang sebagai yang mendukung kreatifitas, bukan sebaliknya. Makin banyak gagasan yang muncul dari setiap orang yang berbeda, makin banyak pula hal yang bisa menghasilkan sesuatu yang kreatif dan inovatif. Semakin inovatif semakin berpeluang mendapat Blackinnovationawards.

Jumat, 27 Februari 2009

Reuni, Ajang Mempererat Silaturahmi

Reuni, Ajang Mempererat Silaturahmi

Desember 2008 kemarin saya bertemu dengan teman-teman masa ingusan saya—teman semasa SD. Reuni orang bilang. Reuni diadakan di salah seorang rumah teman. Senang sekali saya bisa bertemu lagi dengan mereka setelah beberapa tahun tidak bertemu.

Namun sangat disayangkan, tidak semua teman-teman bisa hadir. Hanya belasan orang yang bisa hadir. Yang lainnya tidak bisa datang karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan. Di samping itu karena acaranya pun mendadak, sehingga banyak teman yang lain tidak tahu. Benar adanya, Black In News atau kabar berita sebagai jaringan komunikasi sangat diperlukan untuk mengabarkan adanya reuni. Bahan evaluasi untuk acara reuni selanjutnya.

Bisa anda bayangkan bertemu teman yang sudah beberapa tahun (kisaran 7 tahun) tak jumpa bertemu kembali? Pastinya rasa kangen terlampiaskan. Bernostalgia bersama mengenang masa-masa kecil dulu. Bercerita tentang kekonyolan-kekonyolan yang pernah dilakukan, dan bla..bla..bla. Semua hal tersebut pun saya lakukan saat reuni itu. Mengingat momen-momen indah bersama saat masa mengenal, “Ini Budi. Ini Ibu Budi,” ha..ha...

Perubahan-perubahan bisa terlihat dari setiap orang. Karena seiring dengan tambahnya usia, pengalaman, dan lingkungan yang baru membuat setiap orang berubah. Tidak terkecuali teman-teman masa SD dan saya juga tentunya. Baik fisik maupun nonfisik. Ada yang ketika SD subur, namun sekarang langsing, seperti Djarum Black Slimz. Ada yang dulunya tidak suka ngeband, sekarang jadi tukang band. Ada yang dulunya jarang membaca dan menulis, sekarang jadi suka membaca dan menulis. Ada yang dulunya pendek, sekarang tinggi menjulang. Dan masih banyak perubahan-perubahan lain dari teman-teman saya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Cause everybody’s changing.

Banyak hal yang bisa dilakukan saat reuni, bisnis misalnya. Tidak sedikit pengalaman orang yang menambah relasi bisnisnya saat bertemu teman sekolah saat reuni. Teman masa sekolah dijadikan rekanan bisnis sehingga menguntungkan satu sama lain.

Hal lain yang tidak menutup kemungkinan saat reuni adalah bertemu dengan pasangan hidup. Banyak juga cerita dari beberapa pasangan suami-istri yang mereka ternyata teman saat masa sekolah dan menjadi jatuh cinta saat bertemu kembali di acara reuni. Jodoh memang tidak akan ke mana.

Bagaimanapun juga, hal yang paling utama dalam kegiatan reuni adalah menemukan esensi silaturahmi. Tali persaudaraan dan pertemanan harus selalu dijaga dan ditingkatkan. Diharapkan sampai kapanpun tidak akan lupa akan teman.

Rabu, 25 Februari 2009

Antara Hukum Gossen 1 dan Internet

Antara Hukum Gossen 1 dan Internet

"Setiap individu apabila memenuhi kebutuhan secara terus menerus maka tingkat kepuasannya mula-mula meningkat, namun bila sampai pada titik tertentu tingkat kepuasaan akan semakin menurun." Pernyataan tersebut adalah bunyi hukum Gossen 1. Sebuah teori ekonomi yang membahas tingkat kepuasaan konsumsi manusia. Hukum ini saya ketahui saat masih menjadi siswa SMA di pelajaran Ekonomi.

Hukum Gossen 1 menjelaskan kepada kita bahwa setiap orang bila memenuhi kebutuhan akan menemui kejenuhan pada akhirnya, meskipun pernah mencapai puncak kepuasan tertinggi. Pendeknya, manusia adalah mahluk yang mudah bosenan.

Namun, saya agak sedikit skeptis terhadap penerapan hukum ini dalam beberapa hal. Contohnya adalah kebutuhan terhadap internet. Apakah orang-orang nantinya akan meninggalkan internet? Apakah mereka akan bosan nantinya? Sehingga mereka tidak akan memerlukan lagi Google, Yahoo, Facebook, situs Djarum Black seperti Autoblackthrough, dll? Apakah internet akan ditinggalkan?

Pertanyaan yang sulit dijawab. Sulit untuk dijawab dan menurut hemat saya indikasi ke arah sana sangat-sangat sedikit adanya. Ini didasarkan atas layanan internet sebagai kebutuhan primer. Kehadiran internet dewasa ini dan ke-dinamisan-nya yang menjadi urat nadi kehidupan manusia semakin sulit mencari kevalidan Hukum Gossen 1 di ranah dunia maya ini. Internet sulit bila dikorelasikan dengan Hukum Gossen 1.

Internet selalu menyajikan sesuatu hal yang baru. Tidak hanya informasi yang sangat dibutuhkan tetapi juga entertain, bisnis dan ragam lainnya. Teknologi internet yang terus berkembang, inovasi selalu muncul dan selalu up to date menjadi alasan internet tidak akan mengalami sebuah titik kejenuhan bagi para penggunanya.

Bagai Air Mengalir

Bagai Air Mengalir

Tidak terasa sejauh ini sudah 15 buah tulisan yang telah saya garap untuk lomba Black Blog Competition yang diselenggarakan Djarum Black. Tidak menyangka bisa nembus sampai angka 10 tulisan lebih dalam kurun waktu satu bulan.

Sejak memantapkan niat dan mendaftar di http://www.autoblackthrough.com/blogcompetition sempat muncul pertanyaan apakah saya mampu untuk memenuhi target dari pihak panitia membuat artikel minimal 20 yang di dalamnya harus ada minimal 2 keywords seperti Autoblackthrough, Autoblackthrough goes to campus, Blackinnovationawards. Setelah dijalani dengan enjoy dan niatnya untuk mengekspresikan unek-unek lewat tulisan dan memberikan yang terbaik, alhamdulillah ide dan tulisan selalu ada.

Bagi saya ini kesempatan untuk lebih getol memposting tulisan di blog. Eksistensi diri untuk menulis perlu dijaga. Sayang bila sudah punya jalur dalam bidang menulis tidak dimaksimalkan. Lomba blog seperti Black Blog Competition yang sedang saya ikuti ini adalah salah satu cara menstimulus orang untuk rajin menulis dan eksis dalam menulis.

Terkadang, orang jika berada dalam kondisi dikejar deadline seperti para jurnalis, maka dengan segenap usaha segala kemampuannya akan keluar dan ide-ide selalu muncul. Singkatnya, orang yang terjepit biasanya akan selalu ada jalan keluarnya.

Saya teringat konsep Mestakung (Semesta Mendukung) yang dicetuskan Prof. Yohanes Surya. Menurutnya. ketika seseorang berada dalam kondisi tertekan, terjepit, atau berada dalam tuntutan target maka alam semesta ini akan memberikan dukungan terhadapnya sadar atau tidak sadar.

Jika dicontohkan, seperti orang yang sedang dikejar seekor anjing. Ketika orang yang dikejar anjing itu berhadapan dengan sebuah tebing yang tingginya lebih tinggi dari badanya berada di depannya, maka dengan rasa terjepit dan tertekan karena dikejar anjing orang tersebut bisa melewati tebing yang tingginya lebih dari tinggi badannya itu. Karena rasa terjepit dan berada dalam kondisi kritis itulah mestakung muncul.

Hal senadapun dialami saat menulis. Mestakung bisa dialami saat-saat kritis, contohnya jurnalis seperti yang saya sebutkan sebelumnya. Bagaimanapun, menulis adalah pekerjaan yang siapa saja bisa melakukannya. Menulis itu bagaikan air yang mengalir dari hulu sungai sampai hilir. Setelah dituliskan kata pertama, maka akan mengalir kata-kata selanjutnya di belakang. Sehingga menjadi sebuah padanan kalimat, dari kalimat menjadi paragraf, dari paragraf menjadi artikel. Selanjutnya bisa menjadi sebuah buku.

Lets write! Write anything you want! Feel and enjoy it!

Senin, 23 Februari 2009

Pendengar Yang Baik

Pendengar Yang Baik

Tahukah mengapa Tuhan memberikan dua telinga dan satu mulut untuk masing-masing kita? Pernahkah kita bertanya mengapa? Karena, kita diharuskan banyak mendengar daripada banyak bicara.

Kita terbiasa ingin selalu berbicara dan tidak mau ketika berbicara dipotong oleh orang. Kita terbiasa ingin selalu “muncul” dengan komentar-komentar kita. Entah itu saat kumpul bersama teman, saudara, di kelas, forum, atau sebuah seminar.

Namun, ada saatnya bagi kita untuk menahan dan mengerem hasrat untuk berbicara. Berbicara itu penting, tapi saat dibutuhkan saja. Berbicara seperlunya dan sesuai kadar. Berbicara kelewatan adalah hal yang harus dihindari. Karena, salah-salah bisa menjerumus kepada gosip, cacian, hinaan, fitnah, dan adu domba. Terkadang, mendengar—sikap yang jarang dilakukan—adalah pilihan tepat dalam bersikap saat momen-momen tertentu. Sehingga hal-hal yang mubazir yang bisa keluar lewat omongan (seperti gosip) dan pepatah tong kosong nyaring bunyinya bisa kita hindari.

Memang, tidak semudah membalikan telapak tangan untuk menjadi pendengar. Mendengar adalah pekerjaan yang pasif. Memerlukan kesabaran dan keikhlasan. Tidak mudah untuk menerima sebuah omongan. Apalagi lawan berbicara adalah lebih muda dari kita. Namun, mendengar jauh lebih memberikan pelajaran. Dengan mendengar kita menjadi tahu omongan orang lain. Mendengar membuat kita tahu orang seperti apa yang sedang kita ajak bicara. Pribadi seseorang salah satunya bisa diketahui lewat omongan yang dia keluarkan.

Yang paling utama adalah dapatnya pengetahuan, informasi, dan tambahan referensi dari kegiatan mendengar. Mendapat kosa kata yang baru dari orang lain misalnya. Mendengarkan politikus berbicara akan mendapat kosa kata dan informasi yang baru tentang politik. Mendengarkan seniman berbicara akan mendapat kosa kata dan pengetahuan baru tentang seni. Begitulah, mari menjadi pendengar yang baik!

Keep Blogging! Keep Black In News on my blog! Always think black for Blackinnovationawards.

Promosi Ala Sekolah

Promosi Ala Sekolah

Sabtu siang (21/2) HP berdering membangunkan tidur siang saya yang pulas. Mata sedikit berkaca-kaca mengangkat HP. "Halo, Assalamualaikum!" sapa saya. "Gie, lagi di mana? kuliah tidak? Bisa minta komentar buat SMA AMQ untuk famplet!" suara seseorang yang membangunkan tidur saya via telepon. Rupanya itu guru SMA saya. Meminta saya memberikan komentar sebagai alumni atas almamater dulu.

"Oke..oke Pak, nanti saya SMSkan!" jawab saya sambil masih mengantuk dan mungkin masih diantara alam mimpi dan alam nyata. Selanjutnya, bingung! Mau berkomentar apa. Saya merasa belum pantas memberikan komentar terhadap almamater. Saya belum jadi orang. Masih belum matang. Masih mentah. Masih menjadi mahasiswa yang bergantung pada uang kiriman dan beasiswa. Mau menolak tidak enak, tapi saya mesti bersyukur. Guru SMA saya masih menganggap saya. Meskpiun saya belum jadi "orang".

Akhirnya saya mengirimkan SMS komentar terhadap almamater setelah berpikir sejenak memilih padanan kata yang tepat. " Di tengah penetrasi budaya global yang sedikit banyak berpengaruh terhadap ahlak setiap insan, SMA AMQ adalah jawaban dari kekhawatiran zaman. Perpaduan apik antara sains dan agama menjadi chemistry tersendiri. Tidak hanya sekedar sekolah. Tapi lebih dari itu." Itulah komentar yang saya berikan untuk almamater. Ternyata bisa juga membuat komentar yang lumayan "berat".

Komentar dari alumni memang salah satu cara menarik calon siswa baru. Promosi dengan mencantumkan komentar alumni di samping program unggulan sekolah adalah efektif. Seperti halnya buku, buku yang bagus dan best seller dipastikan ada dan banyak komentar dan pujian yang dilayangkan.

Tak terasa sebentar lagi PSB (Penerimaan Siswa Baru). Promosi sekolah memang harus gencar saat ini. Tidak hanyas sekolah, iklan-iklan di televisi seperti Djarum Black dan Djarum Black Slimz sangat gencar ditayangkan demi menarik konsumen.

Minggu, 22 Februari 2009

Andai Aku Jadi Dokter

ANDAI AKU JADI DOKTER
“BUKAN DOKTER BIASA”


Hanya berandai-andai saja, tidak mungkin saya jadi dokter. Jurusan ketika SMA saja social yang tidak berurusan dengan kimia, fisika, dan biologi. Tulisan ini hanya sebuah harapan masukan dan saran dari seorang manusia biasa untuk para calon dokter dan bagi yang sudah jadi dokter. Moga-moga saja ada—minimal satu—dari calon atau yang sudah jadi dokter mampir ke blog saya membaca tulisan ini. Semoga! Isi tulisan sedikit think black menurut istilah Djarum Black atau dalam istilah saya, thinking out of the box.

Menjadi seorang dokter adalah keinginan banyak orang. Dokter adalah profesi yang mulia. Tentunya dengan menjungjung tinggi profesionalisme dan kode etik kedokteran. Melihat begitu banyak yang tertarik ingin menjadi dokter, akan sangat menarik bila saya mencoba setidaknya mempunyai pola pikir seperti mereka. Meskipun latar belakang saya dari social yang notabene non exact, tidak ada salahnya bila saya mencoba meng-exact-kan diri berandai-andai menjadi seorang dokter.

Dokter merupakan seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran. Pendidikan dokter di Indonesia membutuhkan 10 semester untuk menjadi dokter, 7 semester untuk mendapatkan gelar sarjana ditambah 3 semester koskap (clerkship) di Rumah Sakit. Proses yang lama untuk meraih gelar dokter dan tentunya mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Dokter di mata saya adalah seorang penolong sejati. Penolong sejati asumsi saya adalah rela menolong orang yang ditolongnya dengan segala kondisi apapun bahkan dengan segala keterbatasan yang ada. Analogi singkat ini mungkin bisa menggambarkan secara umum bahwa dokter adalah mesti memiliki jiwa sosial yang tinggi di samping pengetahuan exact sebagai fondasi fundamental keilmuan dokter.

Andaikata saya menjadi dokter, setidaknya mesti memiliki beberapa kompetensi yang mendukung aplikasi keilmuan kedokteran saya di masyarakat nanti. Kompetensi tersebut adalah: berkomunikasi tertulis, berfikir analitis, ilmu pengetahuan, bekerja dalam tim, menguasai teknologi, bekerja mandiri, berfikir logis, dan berkomunikasi lisan. Kedelapan kompetensi tersebut wajib saya miliki sebagai seorang dokter.

Hal yang utama, saya akan jadikan semua pasien (tanpa pandang bulu) layaknya seorang raja dan saya sendiri sebagai tabibnya. Dokter yang menganggap dirinya tabib dan pasien sebagai raja akan memicu sebuah profesionalisme dalam menjalankan profesi seorang ahli medis. Perlindungan kepada pasien akan menjadi prioritas yang utama. Pelayanan mutu kesehatan tidak akan menjadi hal yang dinomorsekiankan.

Keluhan tentang mahalnya biaya kesehatan dewasa ini, membuat saya berkeinginan mendirikan sebuah balai pengobatan atau sebut saja rumah sakit kecil-kecilan yang memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bahkan gratis tatkala menjadi seorang dokter. Hal ini untuk membuktikan bahwa pelayanan kesehatan bukan hanya untuk orang-orang yang berduit saja, melainkan orang-orang yang kurang mampu dalam hal finansial pun berhak mendapatkan layanan kesehatan yang sepadan.

Saya pun tidak akan merasa puas dengan pengetahuan dokter yang telah dimiliki. Saya akan terus belajar, belajar dan belajar mencari ilmu tentang kedokteran bahkan sampai ke luar negeri. Sering mengadakan sebuah peneltian ilmiah merupakan salah satu cara untuk menambah dan mengasah keahlian sebagai seorang dokter. Ini penting, karena ilmu pengetahuan akan terus maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai penyakit baru pun banyak bermunculan dan tugas utama dokter untuk menangani semua itu.

Saya percaya, kualitas kedokteran Indonesia tidak akan dipandang sebelah mata apabila semua komponen tersebut dijalankan dengan proporsional. Mal praktek tidak akan kita temukan lagi. Tidak akan kita temukan keluhan-keluhan pelayanan medis yang acak marut. Tidak akan ada lagi birokrasi yang berbelit-belit dalam hal pelayanan medis. Tidak ada slogan yang menyatakan hanya orang-orang kaya yang bisa sehat.

Sebagai seorang anak bangsa, kontribusi saya sebagai seorang dokter tidak terbatas pada hal yang berhubungan dengan medis saja. Terlalu sempit tatkala sebagai seorang anak bangsa jika hanya bertumpu pada satu bidang yang digeluti. Masih banyak bidang lain yang memungkinkan memberikan sesuatu yang lebih bagi bangsa ini di samping sebagai dokter.

Sejarah mencatat dalam hal pergerakan nasional Indonesia. Peran pelajar yang mewarnai lika-liku perjalanan Kemerdekaan Indonesia sebagian diantaranya adalah mahasiswa FK (Fakultas Kedokteran) dan seorang dokter. Tentu masih ingat dr. Soetomo, dr. Wahidin, dkk., membentuk Boedi Oetomo yang tidak lain adalah sebagai bentuk cikal bakal kebulatan tekad dan nurani menentang nurani penindasan.

Tahun 1942 ketika menentang penindasan Jepang di Base Camp Asrama Prapatan 10 tak luput dari mahasiswa FK. Juga peristiwa yang tak kalah penting pada tanggal 16 Agustus 1945. Hari bersejarah tersebut dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok, dengan rapat dilaksanakan di Ruang Praktikum Mikrobiologi, Cikini. Tujuannya tidak lain untuk mempercepat usaha proklamasi yang akhirnya berlangsung esok harinya.

Dunia medis dan kedokteran ternyata tidak sesempit daun kelor. Pengabdian serta peran serta profesi dokter begitu luas serta berpengaruh secara signifikan terhadap kemajuan bangsa. Buka mata, buka hati. Setiap kita memiliki peran yang besar bagi kemajuan bangsa.
Keep Blogging! Keep Black In News on my blog!

Sabtu, 21 Februari 2009

Pelampiasan Positif

PELAMPIASAN POSITIF

Melihat acara Black In News di televisi, pasti ada berita tentang Autoblackthrough. Sebuah ajang modifikasi mobil terbesar yang ada di Indonesia. Ajang yang banyak diikuti para modifikator Indonesia.

Saya pernah berkomentar yang intinya kurang mendukung bagi mereka penggila modifikasi. "Adalah hal yang buang-buang duit, mending duitnya untuk yang lain." Itu komentar saya waktu dulu. Namun, pikiran saya terlalu sempit waktu itu. Ini masalah hobi, selera dan kesenangan. Bagaimanapun, jika sudah menyentuh ranah hobi seseorang tidak bisa diganggu gugat. Seperti hobi memancing misalnya. Buat apa lama-lama memancing ikan, kenapa tidak langsung saja beli dan makan. Ini bukan masalah dapat ikan dan memakannya, tetapi seni memancing dan menunggu ikan hingga kena kail adalah inti dari memancing. Itu yang saya tahu dari beberapa orang yang hobi mancing. Bahkan untuk sebuah hobi bisa mengeluarkan kocek hingga berpuluh-puluh juta.

Jika itu bisa membuat senang dan terpenuhi hasrat akan hobinya dan mampu secara finansial, its never mind. Selama itu masih positif dan memberikan manfaat dan prestise, seperti mengikuti Djarum Black Motodify bagi modifikator motor dan Autoblackthrough bagi modifikator mobil adalah pilihan yang benar daripada budget yang digunakan untuk hal yang negatif.

Jumat, 20 Februari 2009

Budaya Baca

MENYIKAPI MINIMNYA BUDAYA BACA

Berbicara mengenai Sumber Daya Manusia (SDM), parameter yang bisa mengukur tinggi rendahnya hal yang satu ini bisa kita tengok dari sektor pendidikan. Pendidikan yang mempunyai sistem yang handal dan proporsional memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan SDM.

Selain pendidikan, ternyata faktor yang tidak kalah penting adalah mengenai budaya baca. Hal yang satu ini tidak bisa kita abaikan begitu saja. Karena, dengan membaca artinya memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu.

Membaca membuat sesorang menjadi tahu akan sesuatu hal, mendapat banyak pengetahuan, banyak referensi, dan selangkah lebih maju. Satu hal lagi, mungkin akan sangat banyak orang yang mengikuti Blackinnovationawards. Karena, membaca juga menjadi jalan datangnya inspirasi dan kreatifitas.

Buku merupakan salah satu cara untuk bisa mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan membaca buku, kita menjadi lebih tahu akan sesuatu hal. Mengutip perkataan duta baca Indonesia, Tantowi Yahya, bahwasannya, orang yang tidak pernah baca buku dekat dengan ketidaktahuan. Orang yang tidak banyak tahu dekat dengan kebodohan. Dan kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan.

Maka tidak heran, jika banyaknya kemiskinan di suatu negara salah satu penyebab yang paling fundamental adalah lemahnya minat baca yang tindak lanjutnya adalah mempengaruhi kualitas SDM.

Budaya baca adalah yang menjadi jalan sukses bagi negara-negara maju sekarang. Black In News, di negara Amerika, Jepang, Korea, dan negara maju lainnya rata-rata membaca buku sehari sampai tiga buku. Maka tak heran bila di negara-negara tersebut selalu muncul berbagai kemajuan, keahlian, dan kreatifitas yang tinggi.

Sayangnya di negara kita tercinta, fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat tidak menggambarkan minat baca yang tinggi. Berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja, bahkan dewasa pun tak luput dari minimnya terhadap budaya membaca.

Beberapa faktor bisa menggambarkan atas kondisi yang terjadi. Salah satunya kemajuan teknologi yang merebak dewasa ini membuat seseorang malas untuk sekedar membaca buku, koran atau jurnal-jurnal. Mereka lebih senang bermain PS, nonton sinteron dan tontonan lain yang tidak mendidik

Sebenarnya faktor yang paling berpengaruh adalah budaya dari masyarakat itu sendiri. Tidak bermaksud menyalahkan. Lingkungan terdekat dalam hal ini keluarga misalnya, masih banyak orang tua tidak memberikan contoh membudayakan membaca kepada anak-anaknya.

Kita terbiasa mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu. Anak-anak terbiasa didongengi secara lisan. Sehingga tidak ada pembelajaran (sosialisasi) secara tertulis serta tidak terbiasa mencapai pengetahuan melalui bacaan.

Beberapa solusi setidaknya sedikit banyak bisa mengubah minimnya minat baca. Salah satunya merubah kebiasaan dan menjauhi rasa enggan untuk membuka sebuah buku untuk dibaca.
Hal yang lebih penting dari semua itu adalah kesadaran akan pentingnya buku sebagai kebutuhan. Dengan menganggap buku sebagai barang yang sangat bermanfaat dan memberikan sesuatu yang berarti bagi kehidupan. Seseorang pasti akan berkorban apapun demi terpenuhi kebutuhannya.

Kamis, 19 Februari 2009

Ajang Bercermin

AJANG TEPAT UNTUK BERCERMIN


Tidak ada habisnya bila mengulas pemilu 2009. Banyak hal yang bisa dibicarakan, diperdebatkan, dikupas, dan dianalisis segala seluk beluknya. Momen tepat bagi para pengamat politik, dosen dan mahasiswa ilmu politik untuk melihat pemilu sebagai referensi dan bahan kajian yang nyata.



Pesta demokrasi, ungkapan yang akrab dengan pemilu. Sebuah pesta? Apakah bisa dikatakan pesta jika kondisi bangsa saat ini belum bisa dikatakan sejahtera? Apakah pantas bagi kita masih tetap berpesta? Tepatnya, momen pemilu mesti kita anggap sebagai ajang koreksi diri atau bercermin terutama para politisi yang berkompetisi di panggung perpolitikan.



Sudah bukan Black In News yang baru lagi bagi kita semua, indikasi akan banyaknya masyarakat yang akan golput alias tidak memilih atau tidak menggunakan hak pilihnya. Bukan tanpa alasan, karena mereka sudah muak, bosan, antipati, dan kecewa dengan tingkah laku dan kinerja anggota dewan di senayan sana empat tahun terakhir.



Bagaimana tidak, fakta berbicara banyak kebobrokan merajalela di kursi dewan seperti korupsi, suap, skandal seks, narkoba, dan perbuatan hina lainnya yang dilakukan anggota dewan. Ironisnya, mereka semua adalah yang dulu menjanjikan angin surga dan janji-janji manis saat kampanye pemilu 2004. Adalah wajar dan memang sangat wajar bila masyarakat tidak terpengaruh dengan janji-janji palsu para caleg saat ini. Mereka merasa dikhianati dan dibohongi. Rakyat hanya alat untuk mendapat sebuah kursi.



Rakyat Indonesia semakin kreatif dan cerdas. Kreatif terbukti dengan diadakannya Blackinnovationawards sebagai apresiasi bagi insan yang kreatif. Cerdas tebukti dengan mereka tidak lagi gampang dibohongi. Sekarang zamannya informasi. Segala informasi berkenaan dengan apapun, termasuk background para politisi bisa diketahui. Seiring dengan globalisasi, masyarakat pun semakin melek dan cerdas dalam bersikap.



Alangkah baiknya jika pemilu ini dijadikan benar-benar suatu masa di mana seluruh elemen masyarakat terutama pemerintah dan yang mau lagi jadi pemerintah untuk evaluasi diri. Evaluasi diri dan berkaca pada diri sendiri. Niatan apakah gerangan? Apakah atas nama rakyat? Mensejahterakan rakyat? Syukur-syukur seperti itu. Alangkah sialnya nasib bangsa, jika mereka (para caleg dan capres) hanya memikirkan kepentingan kelompok bahkan pribadi demi sesuatu yang bernama kekuasaan. Kapan bisa maju bangsa ini jika masih seperti itu?

Senin, 16 Februari 2009

Gaya Rambut

Gaya Rambut
Selera masing-masing
“Wah pangling yah sekarang rambutnya panjang! Gaya jadi mahasiswa mah, rambutnya sekarang gondrong!” ucap saudara, teman, dan guru ketika melihat ada perubahan dalam penampilan saya setelah jadi mahasiswa. Saya patut bersyukur, karena saudara dan teman-teman saya normal. Normal karena bisa melihat ada perubahan dalam diri saya. Intinya saya bersyukur masih diperhatikan.

Talk about rambut, sebenarnya berambut gondrong memang sudah menjadi niatan saya saat siswa SMA. Sejak SMA, saya bosan dengan gaya rambut yang sudah-sudah. Mulai dari gaya tentara, botak, 3 cm, dan potongan anak baik-baik (potongan siswa). Namun niatan berambut gondrong baru bisa terealisasikan saat menjadi mahasiswa. Jelas, mahasiswa yang maha- siswa yang harusnya sudah dewasa bukan siswa yang selalu dicekoki oleh peraturan-peraturan sekolah yang sebenarnya sedikit mengekang. Salah satunya berkenaan dengan masalah yang akan kita bahas ini, yakni rambut.

Kebanyakan SMA (termasuk SMA saya) mempunyai peraturan atau lebih dikenal dengan tata tertib. Salah satu poin dari tata tertib itu pastinya ada yang berkenaan dengan rambut. Salah satu isinya berbunyi seperti ini, “Siswa laki-laki dilarang berambut panjang”. Bagi siswa yang berambut panjang pasti dirazia dan akan diberi hukuman dengan dicukur gratis oleh guru. Dicukur gratis oleh guru berarti siap-siap potongan rambut tidak seperti yang diinginkan. Bisa botak, tidak rapih, ataupun tidak merata (sebelah kanan botak, sebelah kiri panjang). Mengenaskan!

Saya berargumen, seharusnya siswa difokuskan untuk belajar dan belajar. Jangan direpotkan dengan masalah rambut. Jika ketakutan siswa berambut panjang akan tidak mencerminkan siswa. Loh? Apa hubungannya, yang penting mental dan sikap harus mencerminkan jati diri siswa. Don’t just a book by cover pepatah berucap.

Black In News saja, tidak semua orang cocok dengan rambut yang pendek. Ada juga orang yang cocok dan pantasnya berambut panjang atau gondrong. Masalah rambut adalah masalah selera. Tidak bisa dipaksakan. Seperti ada yang seleranya Djarum Black ada juga yang Djarum Black Slimz. Tergantung masing-masing pribadi.

Minggu, 15 Februari 2009

Pemilu 2009

Mencentang yang Kontroversi


Tahun ini ada yang berbeda dengan pemilu. Sebuah hajatan besar yang katanya pesta demokrasi rakyat. Ajang di mana rakyat memilih langsung wakil rakyatnya di parlemen juga presidennya. 2009 ini tata cara pemilihannya agak sedikit aneh dan membingungkan. Tidak seperti yang dulu-dulu yakni dengan mencoblos, sekarang dengan mencentang.



Entah kenapa KPU selaku event organizer pemilu merubah tata cara pemilihan yang tadinya mencoblos jadi mencentang. Bagi saya ini sedikit agak kontroversi. Takutnya rakyat belum mengerti betul tata cara yang baru ini. Takutnya lagi, nantinya akan banyak salah paham tentang tata cara pemilihan. Logikanya, rakyat Indonesia sudah akrab dengan sistem konvensional, mencoblos. Sehingga rakyat ditakutkan akan tetap menggunakan sistem lama—mencoblos—karena sudah terprogram dalam pikirannya jika pemilu itu mencoblos meskipun perintahnya mencentang. Ini kan bahaya!



Jujur saja, saya salah seorang yang tidak setuju dengan sistem mencentang ini. Alasannya karena adanya kekhawatiran-kekhawatiran berupa teknis pada saat nanti hajatan berlangsung. Sistem mencoblos saja yang dari tahun 1955 sampai 2004 kemarin masih banyak ditemukan kesalahan, apalagi mencentang yang sosialisasinya belum maksimal dan gencar dilakukan. Sosialisasi memang sangat penting seperti Blackinnovationawards goes to campus dan Autoblackthrough goes to campus. Sehingga rakyat bisa mengenal, tahu, dan akrab dengan sistem mencentang.



Mencentang itu memakai bolpion atau spidol. Bayangkan jika alat untuk mencentang itu tintanya habis atau meskipun ada isinya kurang jelas. Tentunya akan repot dan menyusahkan. Susah bagi panitia dan tidak praktis bagi pemilih. Tidak menutup kemungkinan ada peristiwa semacam itu. Kita ambil saja kemungkinan terburuknya seperti itu.



Secara anggaran, sistem mencentang mengeluarkan dana lebih banyak dibandingkan dengan sistem mencoblos. Bolpoin atau spidol lebih mahal daripada paku. Jika berbicara mengenai ekonomis, sistem mencoblos lebih unggul. Anggaran negara semakin terkuras habis demi sebuah pesta demokrasi yang belum tentu menghasilkan pemimpin yang benar-benar memimpin dan mengubah kondisi rakyat menjadi sejahtera.

Rabu, 11 Februari 2009

Kereta Ekonomi

KERETA EKONOMI
Tolak Ukur Kesejahteraan Rakyat


Apa yang terlintas di pikiran kita tatkala mendengar kereta ekonomi? Tentu banyak dari kita yang mengeluarkan pendapat yang beragam berkenaan dengan kereta ekonomi. Murah, penuh, tak terawat, adalah beberapa pendapat yang mungkin saja terlontar dari masing-masing kita. Bagi saya, kereta ekonomi adalah salah satu tolak ukur dari kemajuan suatu negara. Ini menurut teori saya.

Black In News saja, dengan meninjau kondisi dan banyak tidaknya penumpang bisa kita nilai sejauh mana kondisi negara yang memiliki kereta ekonomi. Singkatnya seperti ini, jika jumlah penumpang kereta api ekonomi di suatu negara setiap hari penuh artinya tidak pernah sepi, negara tersebut belum dikatakan maju atau masih berkembang. Sebaliknya, jika jumlah penumpang kereta ekonomi di suatu negara setiap hari sepi bahkan sudah tidak ada lagi kereta ekonomi, negara tersebut bisa dikatakan maju pesat dan rakyatnya sejahtera.

Ulasannya sederhana, kereta ekonomi penuh berarti para penumpang tidak bisa menggunakan kereta eksekutif dan bisnis. Tidak bisa menggunakan kereta eksekutif ataupun bisnis berarti tidak mampu secara finansial. Banyaknya yang tidak mampu secara finansial artinya ada apa dengan rakyat suatu negara? Sejahterakah?

Penilaian ini hanyalah salah satu dari sudut pandang lainnya untuk mengetahui sejauh mana suatu negara dikatakan maju. Bisa saja kita menilai dari banyaknya jumlah anggota dari Black Car Community atau Black Motor Community. Semakin banyak jumlah anggotanya berarti jumlah orang yang mempunyai mobil atau motor semakin banyak. Artinya banyak orang yang sudah mapan dan banyak uang.

Jumat, 06 Februari 2009

Go Blog Indonesia!

Internet Is Our Style

Hidup tanpa internet, hidup terasa hambar. Bagai makan sayur tidak dibumbui garam, pecin, dan penyedap rasa lainnya. Hambar. Pernyataan ini tidak terlalu berlebihan menurut saya. Hal ini dikarenakan internet telah menjadi kebutuhan primer seiring dengan globalisasi yang semakin gencar.

Hampir setiap orang dari berbagai kalangan tidak terlepas dari teknologi satu ini. Pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pegawai, pedagang, dokter, bahkan sampai pejabat. Latar belakangnya pun bervariatif dalam menggunakan layanan internet. Mencari bahan tugas, bisnis, chatting, blogging, adalah beberapa aktivitas pengguna.

Berawal dari fenomena tersebut, mungkin Djarum Black ingin mewadahi boomingnya internet terutama blogger di Indonesia dengan diadakannya Black Blog Competition. Peserta lomba mesti dituntut kreatif. Setiap artikel mesti ada keywords wajib minimal dua. Seperti Djarum Black, Djarum Black Slim, Autoblackthrough, Black In News, dan keywords yang ada kata Black lainnya.

Tujuan dari lomba ini pun untuk memancing para blogger untuk lebih sering memposting tulisan, ide, kreatif, peduli, dan peka terhadap sekitarnya. Cool, stay tune! We’ll be Black In News. Go blogger Indonesia!

Senin, 02 Februari 2009

Bicara Motor

Motorku oh..

Apakah anda punya motor? Jika jawabannya iya, pergunakanlah, rawatlah, dan maksimalkan kegunaan alat transportasi darat satu ini.

Alat transportasi beroda dua ini rasanya menjadi kebutuhan yang primer. Tidak terkecuali bagi mahasiswa perantauan yang di kota asalnya memiliki motor. Sebaiknya dibawa, karena akan sangat diperlukan. Tentunya bagi yang sudah punya motor.

Apalagi bagi mahasiswa yang mobilitasnya tinggi. Dengan menggunakan motor akan mempermudah dan memperlancar jalannya aktivitas.

Rasanya saya harus bersabar dan merasakan dulu hidup tanpa motor. Lantaran, motor Yamaha Vega R saya tahun 2006 yang saya bubuhi sticker Djarum Black di belakangnya mesti saya ikhlaskan terlebih dulu kepada kakak saya yang tertua untuk dipakai usaha. Karena kakak saya jauh lebih membutuhkannya.

Di sinilah kedudukan seorang adik diuji. Menjadi seorang adik, apalagi bungsu di samping mesti menghormati kakak-kakaknya, juga selalu kebagian yang terakhir. Nasib anak bungsu, meskipun memang anak bungsu sedikit dimanja oleh orang tua. Namun tetap saja bungsu harus selalu mengalah kepada kakak-kakaknya.

Intinya sabar, sabar, dan sabar. Tidak ada motorpun masih tetap hidup. Tinggal sekarang bagaimana menjalani "tantangan" tanpa motor ini dalam aktivitas sehari-hari. Selalu berinovasi berblackinnovationawards selalu. Hidup masih tetap indah tanpa motor (tapi jangan lama-lama).

Minggu, 01 Februari 2009

Yogi For President Of West Java 2028

For President Of West Java 2028

Bertemu dengan Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa barat, Selasa lalu (27/1) membuat saya termotivasi dan sense of belonging terhadap negeri ini menggebu-gebu. Ahmad Heryawan telah membuka mata hati saya tentang sebuah sikap dan mental kepemimpinan yang proporsional.

Menyinggung soal kepemimpinan terutama Jawa Barat, nama saya sendiri Yogi Achmad Fajar memiliki nilai historis yang tidak bisa dipisahkan dengan pemimpin yang menghuni gedung sate. Bagi orang Indonesia nama adalah mempunyai makna, cita, doa dan harapan. Sehingga ucapan William Shakespeare yang menyatakan apalah artinya sebuah nama tidak berlaku pada mayoritas masyarakat Indonesia. Pun orang tua saya ketika menamai bayi yang lahir tanggal 27 Desember 1989 (saya) sarat akan doa di dalamnya.

Orang tua saya yang tercinta memberikan nama depan Yogi diharapkan bisa menjadi orang yang berguna dan memberikan kontribusi yang besar bagi negeri seperti halnya Gubernur Jawa Barat era orde baru 1985-1993, Yogie Suardi Memet. Nama Yogi juga dipilih karena nama tersebut identik dengan orang Sunda.

Nama Achmad dalam bahasa Arab berarti terpuji. Ini mempunyai kekuatan doa bahwa segala tingkah laku saya harus berdasarkan nilai-nilai ahlak yang tinggi. Serta Fajar berarti cahaya yang menerangi. Memberikan keterangan bahwa saya dilahirkan ketika fajar menyingsing.

Tidak ada salahnya bagi saya untuk bisa mewujudkan harapan orang tua saya melalui nama yang saya emban sejak 19 tahun lalu ini. Tidak ada salahnya juga bila saya terpanggil untuk menjadi orang yang berkantor di "gedung putih"nya Jawa Barat suatu saat nanti. Oleh karena itu, saya harus melakukan "investasi" besar-besaran terutama soft skill dari sekarang sebagai modal hidup di masa mendatang yang masih menjadi rahasia.

Bukan tidak mungkin Jawa Barat akan mencetak sejarah dengan pernah dipimpin oleh seorang Gubernur yang nama depannya sama. Karena sejarah itu unik, menggemaskan, dan mengesankan. Doa orang tua adalah menembus langit. Begitu dahsyatnya sehingga mengalahkan segala-galanya.

SAHABAT BERKATA

Rohanah
Mahasiswi IPB Bogor
"Merupakan suatu pemikiran yang jauh ke depan. Salut banget. Kalo hal itu baik dan salah satu cita-cita kenapa tidak! Pertahankan itu! Yang rakyat ingingkan bukan janji tapi fakta. Birokrasi yang adil."





Ihsan Budi Rachman
Mahasiswa ITB Bandung
"Bagus kalo mau jadi Gubernur. Dari sekarang perbanyak aktif terutama mengikuti jejak Pak Ahmad Heryawan."






Felysia Nurul
Mahasiswi President University, Cikarang
"Pastinya senang, karena salah seorang teman saya jadi orang nomor 1 di Jabar. Sarannya use your critical thinking in solving social life's problem. Gie emang cocok buat terjun di dunia politik. Yang jelas jangan pake politik kotor."




Ima Amelia
Mahasiswi UPI Bandung
"Gak nyangka banget kalo ntar gie bisa jadi Gubernur Jawa Barat. Mending langsung jadi Presiden aja deh Gie."






Linda Mulandari
Mahasiswi Akbid Bandung
"Nothing impossible. Prepare those thing from now. Buat semua kalangan masuarakat especially komunitas Jabar feel comfort and better by your lead."





Wegantara
Siswa SMA Al Muttaqin Tasikmalaya
"Dukung banget, insyaAllah bisa membawa perubahan dan gairah baru. Seharusnya bisa lebih dari Gubernur, pantasnya jadi Presiden. Karena pemikirannya yang selalu thinking out of the box."





Susanti Sylvia
Siswi SMA Al Muttaqin Tasikmalaya
"Didoakan sangat oleh Uchan. Mudah-mudahan bisa mnjadi sosok yang bisa mengubah Jabar ke arah yang lebih baik. Rakyat sangat mengharapkan dan mengidolakan sosok seperti itu! Kakak pasti bisa! Semua impian kaka insyaallah bisa terkabul, dengan berusaha dan berdoa pasti bisa."





Gilang Maulana Yusuf
Siswa SMA Al Muttaqin Tasikmalaya
"Gak kebayang. Gimana jadinya ntar. InsyaAllah ada dampak perubahan. Teringat ketika di SMA bareng berorganisasi. Yang saya tahu, wawasan A Gie itu waduh, luas. Tapi inget, pokoknya persepakbolaan Jabar terutama Persib harus bisa dioptimalkan. Sip lah!"




Siti Awaliyati Deliabilda
Siswi SMA Al Muttaqin Tasikmalaya
"Tinggal dirancang dari sekarang A Gie. Dengan rencana dan pemikiran yang melompat, insyaAllah bisa."