Gap Dalam Percaturan Politik
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia disuguhi sebuah perbendaharaan kata yang baru. Perbendaharaan kata (baca: istilah) yang terlontar dari para politisi yang sedang getol-getolnya berkampanye. Memang, di samping membuat keuntungan yang melimpah bagi para pengrajin seperti pengrajin yang membuat famplet, stiker, dan sablon karena banyak orderan, pemilu juga membuat orang menjadi pintar membuat istilah-istilah.
Jika anda terus mengikuti alur konstelasi perpolitikan dan berita tentang pemilu negara kita tercinta Indonesia, maka pasti akan mengetahui istilah “Segitiga Emas” (Golden Triangle) dan “Jembatan Emas” (Golden Bridge Politics). Saat saya pertama mengetahui istilah ini, saya kira sebuah judul film atau judul buku. Ternyata, sebuah nama kubu-kubu politik yang sedang membuat peta persaingan.
“Segitiga emas” adalah istilah yang dicetuskan oleh tiga partai politik (PDIP, PPP, dan P. Golkar) yang dimotori oleh partai oposisi yakni PDIP. Seakan tidak mau ketinggalan dan kalah saing, kubu status quo yang notabene partai yang sedang memerintah mencetuskan istilah “Jembatan Emas”. Adalah Anas Urbaningrum selaku Ketua DPP PD yang mencetuskan istilah tersebut. Saya pun masih belum tahu jelas apa yang menjadi tujuan dengan hadirnya kubu-kubu ini.
Apapun tujuannya, istilah yang baru ini menurut saya sedikit lebih berkelas daripada istilah yang dulu-dulu seperti, “yoyo” dan “gasing” yang sempat mencuat dan memanas. Setidaknya, kali ini kedua kubu menggunakan kata “emas” (golden) yang identik dengan konotasi yang baik seperti, kemajuan, kebahagiaan, kejayaan, dan kemakmuran. Semoga saja kedua-duanya bisa merealisasikannya bukan sekedar “apalah artinya sebuah nama” seperti kata William Shakespeare.
Hakikat Manusia
Melihat tingkah laku para politisi kita yang kerjaannya tidak jauh dari saling menghujat satu sama lain, membuat geng (kubu) masing-masing, dan merasa paling benar, tidak jauh seperti halnya anak-anak sekolahan. Bukan Black In News yang baru lagi, anak sekolahan sukanya adalah bergerombol, membentuk geng, dan aktivitas lain yang menunjukkan adanya gap.
Tidak hanya anak sekolahan, semua kalangan pun—termasuk politisi—akan menjalani hidup dengan adanya sebuah perbedaan dan berimbas kepada adanya gap. Sudah menjadi kehendak Tuhan bahwa hakikat manusia lahir berbeda-beda, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Setiap manusia lahir dengan berbagai perbedaan yang ada, bahkan seorang yang kembar identik pun akan terdapat perbedaan.
Lantas, apakah perbedaan itu hanya akan menjadikan adanya gap di antara sesama manusia? Tentu tidak hanya itu saja, perbedaan adalah anugerah dan rahmat yang diberikan Tuhan. Dengan perbedaan kita bisa saling mengenal, memahami, menghargai, dan saling melengkapi. Perbedaan itu indah, bisa kita bayangkan jika wajah kita hanya terdiri dari satu pancaindera saja hidung misalnya, keindahan pun tidak akan terlihat. Pluralitas adalah indah seindah berbagai macam bunga yang menyatu seikat menjadi rangkaian berbagai macam bunga yang indah.
Hadirnya perbedaan juga menjadi kekayaan inovasi dan ide bagi kehidupan. Contohnya bisa dilihat dalam sebuah ajang modifikasi mobil seperti Autoblackthrough dan modifikasi motor seperti Djarum Black Motodify. Karena adanya perbedaan, selera, dan ide dari para peserta modifikator, kita bisa melihat karya-karya unik dan menarik yang memiliki kelebihan masing-masing.
Efek Konstruktif
Baiknya para politisi menyikapi perbedaan yang ada menjadi sebuah keunggulan dan kekayaan yang dimiliki bangsa. Sehingga, jangan salah menyikapi dengan menganggap orang yang berbeda visi, partai, ideologi, dan perbedaan lainnya adalah sebagai musuh.
Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah tujuan dari para elite partai (semoga niatnya masih seperti itu), karena niatnya sudah sama sehingga tidak ada kata selain saling mengisi dan membangun bersama dengan tidak melihat perbedaan yang ada. Utamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan sentimen pribadi, kelompok, dan partai adalah hal yang mesti dilakukan.
Perbedaan dan adanya gap tidak bisa dihilangkan karena itu adalah sifat alami manusia. Namun, seperti yang dibahas di atas bahwa banyak hal yang berbuah positif dari perbedaan. Sosiologi menyatakan bahwa ada sebuah dampak konstruktif (membangun) dari perbedaan dan fenomena konflik. Efek yang membangun dan memberikan kedewasaan bagi masing-masing yang berkonflik untuk memetik hikmah dan pelajaran untuk kemajuan bersama.
Jika para politisi belum bisa bersikap dewasa dan menemukan esensi dari makna pluralitas itu sendiri, saya hanya bisa kembali berkomentar, “Apa bedanya dengan anak sekolahan!” Anak sekolahan yang mayoritas mengartikan perbedaan dan gap dengan membuat geng yang tindak lanjutnya bisa mengarah kepada tawuran.
The Best 7 Casino Locations in California (California)
BalasHapusIn the US, the most 남양주 출장샵 popular slot machine was 동해 출장안마 the Harrah's Resort and 목포 출장안마 Casino. Located in 광양 출장샵 Santa Barbara, CA. The Harrah's Resort 경산 출장마사지 & Casino