
Sebagai seorang calon pemimpin masa depan bagi negara kita tercinta Republik Indonesia, kita—saya dan anda yang masih berstatus sebagai seorang pelajar dan mahasiswa—harus melakukan “investasi” besar-besaran dari sekarang. Investasi berupa kompetensi-kompetensi unggul yang akan menjadi modal kita sebagai pemimpin di masa depan yang begitu kompleks.
Tantangan masa depan mulai terasa oleh kita saat ini. Kata “global” dan “globalisasi” menjadi keywords yang selalu muncul dalam tema peradaban. Seiring dengan globalisasi, seiring itu pula mau tidak mau kita mesti berpikir global. Kita dituntut untuk menempatkan diri tidak hanya melihat pada tataran lokal saja, tetapi juga pada tataran global.
Salah satu cara untuk mengejawantahkan wacana tersebut adalah dengan kita menempuh pendidikan (baca: kuliah) di luar negeri. Orientasi kuliah di luar negeri adalah harapan bagi siapa saja yang memiliki semangat keilmuan dan mewujudkan memiliki komunitas global sebagai salah satu kompetensi yang mesti dimiliki calon pemimpin masa depan. Harapan saya dan anda juga, bukan?
Berbicara soal kuliah di luar negeri, Belanda adalah tujuan yang tepat untuk merealisasikannya. Bukan tanpa alasan saya mengatakan tepat karena negara yang terkenal akan damnya ini memiliki keunggulan tersendiri jika kita menempuh pendidikan di sana.
Belanda yang memiliki julukan negara kincir angin ini menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di sana. Tidak sedikit teman-teman pelajar Indonesia yang kuliah di sana. Terhitung sebanyak 500 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda tahun 2008 (NESO). Bahkan, sejarah mencatat sang Proklamator negara kita Mohammad Hatta pernah menempuh pendidikan di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda tahun 1921.
Belanda yang multikultur
Belanda adalah negara di benua Eropa yang terkenal karena penduduknya tidak hanya asli orang Belanda saja, tetapi juga banyak penduduk dari berbagai penjuru dunia yang tinggal di sana—kebanyakan mereka sedang menempuh pendidikan. Hal itulah yang membuat Belanda menjadi negara yang multikultur.
Keunggulan Belanda sebagai negara multikultur merupakan kesempatan yang besar bagi kita untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara lain yang tentunya memiliki perbedaan latar belakang, historis, adat, sifat, ideologi, dan bahasa. Tinjauan sosiologi, bahwasannya seseorang yang berada di sebuah kawasan di mana terdiri dari orang-orang yang berbeda adat, bahasa, suku, dan bangsa akan menjadikan seseorang tersebut memiliki kedewasaan, pola pikir yang jauh ke depan, dan lebih toleran.
Kuliah di Belanda, kita tidak hanya mendapat ilmu semata dari perkuliahan, tetapi juga wawasan yang luas lewat pergaulan dengan orang-orang dari negara lain. Kita akan mengetahui bagaimana karakteristik dan pemikiran orang Belanda, mengetahui bagaimana cara menghadapi orang Inggris, menghadapi orang Jerman, dan pastinya mengetahui pola pikir orang-orang dari belahan penjuru negara lain. Pembelajaran tentang psikologis orang asing pun akan kita dapatkan.
Berkontribusi
Letak geografis Belanda yang strategis di tengah benua Eropa menjadikan negara yang memiliki sistem pemerintahan monarki konstitusional ini menjadi akses poin berbagai negara Eropa lainnya untuk melakukan sebuah interaksi satu sama lain. Indikasi untuk membentuk komunitas global pun semakin terbuka lebar. Sesuatu yang sarat pengalaman dan mendapat jejaring internasional akan kita dapatkan tatkala bisa masuk dalam komunitas tersebut.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan komunitas global ini. Salah satunya adalah ikut berpikir dan memberikan gagasan-gagasan segar terhadap isu-isu yang sedang melanda dunia internasional. Contohnya isu yang sedang headline dan populer dewasa ini seperti global warming. Dengan isu tersebut, komunitas global yang terdiri dari orang-orang dari berbagai negara tentu saja—termasuk kita—bisa sharing dan berbagi argumen untuk memecahkan masalah tersebut.
Lebih lanjut, kita bisa menjadikan komunitas global tersebut menjadi sebuah komunitas yang lebih terorganisasi. Kita bisa menjadikan komunitas global menjadi sebuah organisasi, perhimpunan pelajar antarnegara misalnya. Dengan lebih terorganisasi, maka eksistensi dan tujuannya pun menjadi lebih terarah. Isu global warming tadi misalnya, kontribusi yang nanti diberikan oleh komunitas global tidak hanya dalam bentuk sebuah gagasan saja, tetapi juga bisa memberikan kontribusi berupa aksi nyata di lapangan seperti mengkampanyekan, mensosialisasikan, memberi contoh hidup hemat, dan hal lain yang bisa dilakukan. Kita yang mempunyai rencana (plan), kita juga yang merealisasikannya (action plan).
Betapa indahnya jika kita yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa bisa berkontribusi bagi umat manusia di muka bumi ini. Kita bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat bersama orang-orang dari penjuru negara lain, saling berbagi pengetahuan, dan belajar untuk saling menghormati satu sama lain.
Impian tersebut bisa terwujud salah satu caranya adalah dengan kita menempuh studi di Belanda. Negara yang memberikan kesempatan bagi kita untuk masuk dalam sebuah komunitas yang luas dan mendunia. Memberikan kesempatan bagi kita untuk membuka mata dan hati bahwa kita bisa berkontribusi nyata bagi umat manusia di seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar