Sabtu, 22 September 2007

Hendak ke mana pembangunan Kota Tasik?

Di Bawah Dwi Tunggal Sadarajat.
Percampuran Dua tradisi Kiai dan Bos Angkutan

Belum lama ini Kota Tasikmalaya memiliki pemimpin yang baru. Pemimpin hasil dari pesta demokrasi (pilkada). Dan ini merupakan kali pertama bagi Kota Santri memilih pemimpin secara langsung. Maka tak heran, selama perhelatan akbar itu berlangsung, animo masyarakat begitu besar. Seluruh elemen masyarakat mulai dari tukang becak sampai pejabat begitu antusias dalam hajat besar ini. Meskipun tetap ada beberapa masyarakat yang tidak menggunakan hak suaranya (golput). Akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi esensi dari pilkada itu sendiri. Karena hal tersebut merupakan hal yang lumrah, sebuah dinamika hidup.

Hasil pun telah ditetapkan. KPUD berdasarkan hasil pleno menetapkan pasangan calon nomor 3 sebagai Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Dengan perolehan suara 118.481 Syarif dan Dede melaju ke Tasik 1. Sebuah amanat bagi Syarif dan Dede. Kepercayaan masyarakat begitu besar terhadap pasangan yang diusung oleh PAN, PKS, PBR, PBB, dan PPP ini. Pak Syarif, yang notabene adalah wakil walikota periode sebelumnya tentunya telah mendapatkan “banyak garam” mengenai konstalasi pemerintahan di Kota Tasik. Modal yang cukup bagi seorang pemimpin untuk menangani permasalahan yang ada.

Perubahan
Kenapa Pak Syarif bisa menang? Jika kita bicara sejarah perpolitikan dan itung-itungan matematis, yang dipastikan menang pastinya adalah kubu nasionalis yang mengusung pasangan No.2. Setiap pemilu ataupun pilkada, sejarah mencatat kubu nasionalis selalu menang dan mendominasi. Tapi toh realitanya dari kubu agamis. Klenik tersebut otomatis tidak berlaku lagi sekarang.

Kita bisa melihat contoh lain. Seperti pilkada Depok yang dimenangkan oleh PKS. Mengapa bisa demikian? Mungkin ini hanya perkiraan penulis. Satu hal yang mungkin bisa kita jawab. Masyarakat Kota Tasik sekarang sudah cerdas. Kini, masyarakat telah melek informasi. Mereka rajin mencari info-info mengetahui para calonnya. Baik itu latar belakanganya, visi misinya, kepribadiaannya, dll. Berbicara kemenangan Syarif tentunya merupakan takdir dari Allah SWT.

Banyak harapan dari masyarakat Kota Tasik pada pasangan Sadarajat (sebutan Syarif dan Dede red.). Seperti janji-janji mereka ketika kampanye, pendidikan murah, dan layanan kesehatan gratis. Semoga saja semua itu tidak hanya omdo (omong doank) yang tidak ada tindak lanjutnya di lapangan. Yang pasti, masyarakat menginginkan suatu perubahan bagi Kota Tasik ke arah yang lebih baik. PR yang besar bagi sadarajat. Bukan tidak mungkin, kelak Syarif mendapat banyak “tekanan” dari sana-sini dalam roda pemerintahannya. Semoga hal tersebut tidak terjadi. Dan jika itu terjadi, semoga Syarif bisa istiqamah membela yang haq dan yang benar. Sehingga pembangunan Kota Tasik bisa lancar dan adem ayem.

Pendidikan
Tidak salah jika kita perkirakan arah pembangunan Kota Tasik akan lebih diprioritaskan pada dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui, sosok Syarif Hidayat disamping seorang kiai adalah seoranmg pendidik. Maka tidak heran Syarif begitu mementingkan mengenai pendidikan. Bahkan, setiap berpidato atau berceramah, Syarif selalu menyinggung soal pentingnya pendidikan dalam peningkatan SDM masyarakat.

Kita berharap, semoga apa yang telah dijanjikan dan diprogramkan oleh Sadarajat dalam rangka membangun Kota Tasik bisa berjalan lancar dan sukses. Tanpa ada penyimpangan, penyelewengan, haling rintang, dan ham,batan yang berarti. Juga, tidak menghilangkan identitas Kota Tasik sebagai kota yang religi. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar