Era globalisasi sudah di depan mata. Lebih cepat kemajuan peradaban dunia, lebih maju juga segala macam yang menghiasi kehidupan manusia. Mulai dari pergaulan antarsesama manusia, cara berpakaian, sikap hidup, dll. Dari era globalisasi tersebut kita bisa mendapat dua input. Baik itu input yang positif maupun yang negatif.
Melihat fakta yang ada di lapangan, bahwa era globalisasi di samping menghasilkan banyak input positif juga menghasilkan input yang negatif. Oleh karena itu, dalam era globalisasi kita membutuhkan proses penyaringan untuk menyaring hal-hal yang dianggap buruk.
Tapi pada kenyataannya proses penyaringan tersebut tidak didukung oleh sumber daya manusia yang menghadapi era globalisasi itu. Justru mayoritas masyarakat tidak memperhatikan hal yang bersifat penyaringan tersebut khususnya remaja.
Media massa merupakan salah satu objek yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam era globalisasi. Karena itu, media merupakan salah satu kekuatan raksasa yang mesti diperhitungkan.
Media juga ditempatkan menjadi salah satu variable determinan. Maksudnya media dijadikan salah satu kepentingan yang tidak bisa ditunda-tunda sebagai faktor kuat yang berperan dalam era globalisasi.
Bisa dikata zaman sekarang merupakan zaman edan atau yang lebih tepat masyarakat sekarang banyak yang edan. Bagaimana tidak, kita bisa melihat fenomena yang ada pada masyarakat. Pergaulan antara pria dan wanita yang bukan muhrimnya sudah tidak memperhatikan norma-norma yang ada.
Contohnya saja remaja, remaja zaman sekarang sudah terkontaminasi dengan hal-hal yang berbau barat yang tidak memperhatikan norma-norma yang ada khusunya norma agama. Meskipun tidak semua remaja seperti itu tapi sangatlah fatal jika hal tersebut tidak ditangani.
Free sex, berpakaian serba minim bagi wanita, penyalahgunaan narkoba, merupakan salah satu sikap yang ditiru oleh remaja sekarang dalam era globalisasi ini. Memang dalam menangani hal tersebut tidak semudah mengembalikkan telapak tangan. Mesti melalui proses yang cukup lama.
Peran orang tua juga sangat penting dalam menghadapi fenomena ini. Orang tua mesti mengarahkan dan membimbing anak-anaknya agar terhindar dan jauh dari hal-hal yang negatif
Faktor lingkungan juga amat mempengaruhi dalam sikap dan prilaku remaja. Jika lingkungannya positif, refresentatif, kreatif, dan prestatif tentu bakal menjadikan pribadi remaja yang poisitif pula.
Tapi jika lingkungannya negatif, jauh dari norma-norma dan tidak karuan, jelas bakal menjadikan pribadi remaja yang negatif pula. Berbagai survey pun dilakukan dalam rangka mengetahui sejauh mana para remaja sekarang terbawa oleh arus negatif globalisasi. Hasil survey pun tidak bisa dielakkan.
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Wonosobo ketika tahun 2000 melaporkan sepertiga remaja putri telah hamil di luar nikah. Bahkan ada salah satu survey yang mengatakan 42% remaja menyatakan pernah berhubungan seks dan 52% di antaranya masih aktif menjalaninya. Survey tersebut melibatkan 117 remaja berusia sekitar 13-20 tahun.
Bahkan seksolog kondang Dr. Boyke Dian Nugraha pernah memperkirakan, bahwa sekitar 20-25% remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks pranikah. Jikalau kita telaah bersama-sama bahwa kepuasaan nafsu hanyalah sebentar. Efeknyalah yang dirasakan seumur-umur. Selain seks bebas, narkoba juga menjadi momok bagi para remaja. Narkoba juga merupakan penyakit remaja yang merusak secara dahsyat. Seperti yang kita ketahui bahwa remaja sekarang merupakan pemimpin masa depan. Bagaimana nasib suatu bangsa jika tunas-tunas bangsanya, calon-calon pemimpin masa depan terjerumus ke dalam “virus” yang mematikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar