Selasa, 25 Mei 2010

Sisi Lain Lampu Merah

Kedapatan lampu merah di perempatan—apalagi waktunya yang lama—tidaklah mengenakkan. Setidaknya itulah mayoritas orang rasakan. Untuk sebagian orang yang sedang diburu waktu, lampu merah adalah musuh. Terlepas dari semua itu, sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan saat lampu merah menghadang laju kendaraan kita. Saya sendiri kerap mematikan mesin kendaraan motor. Alasannya sederhana, di samping menghemat bahan bakar yang mahal, juga untuk mengurangi polusi udara. Setidaknya untuk beberapa menit. Hitung-hitung ikut berkontribusi stop global warming. Jika ada SMS yang masuk, lampu merah juga bisa menjadi timming tepat untuk membalas karena waktunya relatif lama. Apalagi jika SMS tersebut sangat penting utuk dibalas. Mengamati plat nomor kendaraan lain adalah kerjaan yang tidak luput saya lakukan saat lampu merah. Sebelum tinggal di Jogja untuk kuliah, pengetahuan saya tentang nomor kendaraan dan asal kotanya bisa dibilang ”miskin”. Hanya plat nomor kendaraan Z, B, D, A lah yang saya tahu dari mana asal kotanya. Setelah tinggal di Jogja, pengetahuan tentang plat nomor pun meningkat. Ini dikarenakan begitu beragamnya plat nomor yang ada. Sehingga tidak hanya didominasi oleh plat AB selaku tuan rumah, tetapi plat nomor kendaraan luar Jogja pun ikut meramaikan wajah lalu lintas Jogja.

Dengan melihat banyaknya plat nomor kendaraan begitu majemuk berkeliaran di Jogja, hal ini semakin memperkuat Jogja sebagai kota yang multikultur. Ada yang bilang juga sebagai miniatur Indonesia. Tidak berlebihan karena banyak orang dari berbagai latar belakang, kota, etnis, dan suku tinggal bersama. Bahkan ada orang yang pernah berkata, “Merasakan hidup dengan multikultur yang tinggi, datanglah ke Jogja!” Ucapan persuasif yang kerap orang bilang untuk menggambarkan bagaimana corak kehidupan plural di tanah bekas kerajaan Mataram ini. Banyak beredarnya kampus dan UGM sebagai kampus ternama Indonesia di Jogja menjadi daya tarik orang luar daerah untuk menjadikan Jogja tujuan untuk menimba ilmu (kuliah). Berawal dari lampu merah, ke-plural-an yang menghiasi ranah kehidupan Jogja terlihat. Kembali menyadarkan kita bahwa betapa kayanya budaya dan suku di Indonesia. Tentunya tidak sampai di situ. Menjaga keutuhan keberagaman inilah yang harus kita lakoni. Lampu merah, tidak sekedar menghadang laju kendaraan kita untuk kelancaran lalu lintas. Dari sana, banyak hal yang bisa kita dapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar