Minggu, 25 Januari 2009

Narsis

NARIS=EKSIS
Narsis tampakya kata yang akrab di telinga kita dewasa ini. Entah siapa yang mencetuskan nama ini. Namun, setelah saya search engine, katanya sih narsis berasal dari cerita Yunani, tentang seorang pemuda bernama Narcissus. Dia sangat ganteng dan suka memuji dirinya sendiri, menolak cinta banyak gadis (dan janda?), tidak mudah tunduk pada rayuan beracun para wanita. Sampai suatu saat dia menolak cinta Echo, yang menyebabkan Echo patah hati, dan Narcissus dikutuk sehingga jatuh cinta pada bayangannya sendiri di air kolam. Katanya!!

Apapun latar belakang ceritanya, bisa kita generelasikan bahwa narsis adalah sebuah sikap yang membanggakan dan memuji dirinya sendiri. Sikap ini bisa terlihat dengan mendeteksinya dengan melihat seseorang tatkala berhadapan dengan kamera. Loh kenapa? Orang yang narsis jika dalam momen jeprat-jepret selalu ingin ada. Maka tak heran, orang narsis diidentikan dengan banyak photo dirinya terpampang baik di kameranya maupun kamera teman-temannya. Sikap narsis bisa kita lihat pula seperti di friendster, facebook, blog, dan situs pribadi lainnya. Banyak orang yang memampang photo dirinya sendiri dengan berbagai gaya (termasuk saya).

Eksistensi diri
Salahkah bersikap narsis? Hal ini mencuat karena ada beberapa orang--tidak semua--yang acapkali mengatakan, "Idih..narsis loh!" ketika menemukan temannya dilanda sikap narsis. Sebagai black in news saja, orang yang berkata seperti itu sebenarnya narsis juga. Mereka hanya kalah start duluan untuk bernarsis. Bahkan bisa dikatakan yang berkata, "Idih narsis loh" lebih narsis dari orang yang diolok-oloknya. Oleh karena itu, sesama narsis dilarang berkata"idih narsis loh!" Biarkanlah, mengalirlah seperti rombongan black car community yang menghiasi jalan raya.

Bersyukurlah orang yang memiliki sikap narsis. Yang tidak boleh adalah sikap narsis yang berlebihan. Sampai menghina orang, sombong, dan merendahkan yang lain. Narsis yang proporsional adalah narsis yang wajar-wajar saja. Narsis adalah tanda syukur atas pemberian Sang Maha Pencipta. Tanda syukur tersebut salah satunya dengan merawat diri dan menyayangi diri sendiri. Selain orang lain, siapa lagi yang menyayangi dan mencintai diri kita kecuali diri kita sendiri.

Isu eksistensi kerap muncul jika berbicara mengenai hal satu ini. Dengan narsis berarti kita ada. Ungkapan itu setalah dipikir-pikir benar juga adanya. Bisa kita bayangkan, jika kita sudah tua, ketika saat muda tidak bernarsis ria--dalam hal ini adanya photo ketika muda--tidak ada sesuatu yang bisa dikenang lewat album photo. Setidaknya bisa bernostalgia ria mengenang masa-masa muda lewat photo. Seperti halnya saya, saya ketika masa SMP dulu tidak terlalu eksis dengan bernarsis ria di depan kamera. Disamping dulu kamera digital belum sebooming sekarang ditambah lagi saya tidak PDan. Sehingga kenangan masa SMP lewat photo hanya sedikit. Intinya, eksistensi pun bisa dilihat dengan sikap narsis yang kita tonjolkan.

Jadi, jangan takut untuk bernarsis. Jika ingin tetap eksis maka salah satu jalannya adalah bernarsis. Eksis itu penting. Eksis berarti kita dianggap. Dianggap berarti kita ada. Dengan ada berarti kita hidup. Dengan hidup berarti bisa beramal dan beribadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar