Husnudon Kepada Allah SWT
Tidak selamanya apa yang kita impi-impikan dan cita-citakan sesuai dengan harapan kita. Tak jarang, kita mendapatkan hasil yang bisa dibilang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Bahkan acap kali lebih buruk dari yang kita bayangkan.
Sebelumnya telah kita bahas mengenai mimpi dan harapan. Yang menjadi tanda tanya besar? Apakah kita siap dengan segala kemungkinan yang ada? Baik itu kemungkinan baik ataupun buruk yang akan menimpa mimpi kita tersebut?
Apakah kita siap apabila mimpi dan cita-cita yang selama ini dimiliki terwujud? Begitu indahnya apabila semua yang kita idam-idamkan terwujud. Bak mendapat durian runtuh, hati ini tak dapat tergambarkan. Kesiapan kita apabila dalam kondisi ini tak lain adalah siap untuk bersyukur.
Lalu, bagaimana jika keadaan yang terjadi sebaliknya? Mimpi yang kita miliki ternyata tidak terwujud? Inilah kondisi yang kurang mengenakkan bahkan menyakitkan. Apalagi jika impian tersebut telah menjadi “label” orang tersebut. Artinya, orang tersebut memilki ambisi yang besar terhadap mimpinya sehingga mimpinya menjadi ciri dari orang tersebut.
Tarolah seorang siswa tingkat akhir sekolah menengah atas. Dia berkeinginan kuliah di universitas yang diidam-idamkan. Akan tetapi dia mesti menelan pil pahit ketika dia belum bisa mewujudkan mimpinya karena masalah administrasi.
Nasi telah menjadi bubur. Harapan untuk masuk perguruan tinggi favorit sirna melalui jalur PMDK. Memang, masih ada jalur lain yakni SPMB. Akan tetapi SPMB merupakan “peluru” terakhir dan peluang yang dimiliki bisa dibilang fifty fifty.
Berdasarkan contoh masalah di atas, sebagai seorang manusia biasa, sulit rasanya untuk menerima kondisi ini. Rasa sedih pastinya menghiasi relung hati yang paling dalam. Tidak semudah mengembalikkan telapak tangan nrimo kenyataan yang ada.
Namun, sebagai seorang insan Tuhan kita harus belajar ilmu ikhlas dan membaca hikmah di balik semua itu. Apalagi bagi seorang muslim, seorang muslim mesti senantiasa berbaik sangka kepada Sang Khaliq (Husnudon).
Ilmu ikhlas, ilmu yang sulit untuk didefinisikan bahkan dipraktikan. Ilmu yang tidak bisa kita pelajari di sekolah. Perlu proses yang panjang dan intens untuk meraihnya. Sulit memang jika berbicara mengenai ilmu ikhlas.
Allah SWT tidak semata-mata memberikan keputusan kepada umatnya tanpa ada hikmah di balik semua itu. Pasti ada hikmah yang besar bagi kita dalam setiap alur kehidupan dan peristiwa yang kita alami.
Bisa jadi suatu perkara menurut kita baik belum tentu menurut Allah baik bagi kita. Bisa jadi pula suatu perkara menurut kita buruk belum tentu menurut Allah buruk bagi kita.
Intinya, positif thinking langkah yang kita tempuh mengahadapi semua itu. Al Ilmu, sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui. Sedangkan kita tidak tahu apa-apa. Allah Maha Mengetahui apa yang baik bagi kita dan apa yang buruk bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar