Kamis, 04 Oktober 2007

Artikel Tugas Ramadhan

Ramadhanku Sayang, Ramadhanku Malang

Alhamdulillah akhirnya kita bisa bertemu kembali dengan bulan yang penuh hikmah, ampunan dan magfiroh yaitu bulan Ramadhan. Bulan yang kesembilan di tahun hijriyah ini memang bulan paling istimewa di antara bulan-bulan yang lainnya. Bagaimana tidak, Allah menyediakan pahala yang berlipat-lipat di bulan suci ini.

Setiap kita melakukan ibadah yang hukumnya sunat, maka pahalanya sama dengan yang hukumnya fardhu. Sedangkan apabila kita melakukan ibadah yang hukumnya fardhu, maka pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah sebanyak tujuh puluh kali lipat.

Jikalau kita analogikan bulan Ramadhan, bulan suci ini merupakan lahan yang subur. Lahan yang apabila ditanami tumbuh-tumbuhan, buah-buahan maka hasilnya akan memuaskan dan tidak mengecewakan. Di bulan suci ini juga terdapat malam Lailatulqadar yang pahalanya sama dengan seribu bulan. Bulan Ramadhan merupakan saatnya bagi kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.

Bulan Ramadhan mesti kita sambut dengan suka cita. Rasulullah pernah bersabda; “Barang siapa yang berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, maka diharamkan baginya masuk neraka”. Nah, bagaimana bulan Ramadhan ini di mata para remaja?

Usia di mana kata orang merupakan masa yang paling indah dan menyenangkan. Remaja yang secara psikologis, merupakan suatu usia di mana individu menjadi teritegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Usia ini merupakan usia yang agak kabur. Karena berada pada masa peralihan antara anak-anak dan masa dewasa. Bahkan seorang Psikolog mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja. Unik memang masa remaja. Disatu sisi bukan anak-anak lagi, di sisi lain belum pantas juga disebut dewasa.

Melihat fenomena dan fakta yang ada di lapangan, bahwa terdapat dua sisi remaja yang memaknai bulan suci ini. Pertama, remaja yang memanfaatkan bulan Ramadhan ini dengan seksama. Artinya remaja yang berkriteria seperti ini merupakan remaja yang benar-benar menjalankan ibadah di bulan Ramadhan dengan suka cita dan dengan niat mengharap ridho Allah Swt.

Remaja seperti ini tidak menyia-nyiakan waktunya dengan hal-hal yang tidak karuan dan negatif di bulan Ramadhan. Justru mereka memanfaatkan waktunya dengan tadarus Al-Quran, mengikuti pengajian-pengajian, melakukan amal shaleh, dan tidak melakukan sesuatu hal yang sia-sia dan dilarang di bulan Ramadhan.

Namun, di samping itu ada juga remaja yang bertolak belakang dengan kriteria yang pertama. Remaja seperti itu termasuk tipe remaja yang kedua. Mereka hanya ingin dibilang umat muslim saja. Remaja ini menghadapi bulan Ramadhan dengan rasa malas. Mereka hanya ikut meramaikan saja. Mereka tidak sepenuh hati menjalankan ibadah puasanya.

Bahkan yang lebih parah lagi, ada pula yang puasanya masih bolong-bolong Shalat terawih cuma janjian sama pacar Kerjaannya tidur terus, atau main yang membuang-buang waktu. Pendek kata cuma melakukan hal-hal yang tidak karuan.

Sungguh disayangkan memang dengan fenomena ini. Padahal jika kita teringat akan perkataan sahabat Rasulullah Saw yang mengatakan; “Jika manusia mengetahui keutamaan bulan Ramadhan, maka pastilah mereka menginginkan semua bulan selama setahun merupakan bulan Ramadhan semua”.

Menyikapi hal ini, memang perlu ada kesadaran dari masing-masing pribadi. Peran orang tua juga sangat penting dalam menghadapi fenomena ini. Orang tua mesti mengarahkan dan membimbing anak-anaknya.

Pengaruh positif bulan Ramadhan terhadap kehidupan remaja memang sangat signifikan. Hal ini bisa kita kupas dari semangat belajar, bersikap, dan bergaul. Dari semangat belajar, remaja menjadi giat dan semangat untuk menuntut ilmu. Karena kita ketahui bahwa menuntut ilmu merupakan ibadah, dan ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan akan dilipatgandakan.

Pengaruh positif bulan Ramadhan dari segi sikap bisa kita lihat dari perilaku. Remaja akan bersikap lebih sabar dan tidak mudah emosi. Karena hal tersebut merupakan aplikasi dari ibadah puasa itu sendiri yaitu menahan hawa nafsu.

Dari bulan Ramadhan juga mempengaruhi terhadap pergaulan. Apalagi soal bergaul dengan lawan jenis. Tentu dalam ajaran Islam sangat tegas mengenai peraturan pergaulan antar ikhwan dan akhwat yang bukan muhrimnya.

Semua pengaruh positif itu tentu akan terasa manfaatnya apabila kita memaknai dan menjalankan ibadah puasa dengan sungguh-sungguh dan proporsional. Lain dengan halnya apabila kita tidak memaknainya, bisa dipastikan kita tidak akan merasakan manfaatnya.
Sisi lain yang menghiasi bulan Ramadhan di kalangan remaja adalah adanya buku Ramadhan. Karena status remaja mayoritas merupakan seorang siswa. Di Kota Tasikmalaya sendiri buku Ramadhan sudah menjadi tradisi.

Setiap sekolah membagikan buku ini untuk diisi oleh siswa selama menjalani kegiatan Ramadhan. Setiap siswa wajib mengisi buku tersebut. Karena nilai akan didapat apabila buku tersebut diisi.

Tapi pada kenyataannya, penggunaan buku Ramadhan ini tidak sepenuhnya ditanggapi positif oleh para siswa. Mereka berasumsi bahwa adanya buku Ramadhan merupakan sarana melakukan kegiatan ibadah di bulan Ramadhan menjadi tidak ikhlas.

Iming-iming nilai merupakan salah satu faktornya. Jadi niat beribadah di bulan Ramadhan menjadi goyah akan hadirnya buku tersebut. Padahal niat sekolah untuk memberikan buku Ramadhan ini baik. Tidak lain bertujuan agar siswa mengisi bulan ramadhan dengan kegiatan yang positif, dan hasilnya dicatat dalam buku tersebut.

Buku Ramadhan ini di dalamnya memuat catatan kegiatan ceramah, pelaksanaan shalat terawih, kegiatan tadarus Al Quran. Point-point tersebut merupakan salah satu item yang ada pada buku Ramadhan.

Bulan Ramadhan juga merupakan saatnya bagi kita untuk mengadakan reformasi diri. Perubahan ke arah yang lebih baik tentunya. Sehingga efeknya bisa terasa di bulan-bulan setelah Ramadhan.

Jangan sampai ketika setelah bulan Ramadhan lewat tidak ada perubahan yang sidnifikan pada diri kita. Ramadhan berlalu, kita melakukan dosa lagi. Jadi, tidak ada bekasnya. Naudzubillah.
Padahal bulan Ramadhan merupakan momen untuk berlatih agar diaplikasikan pada bulan-bulan selain Ramadhan. Mari kita sama-sama meluruskan niat untuk menjalankan ibadah puasa di bulan suci ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar