
Salah satu ukuran sebuah negara dikatakan maju adalah mempunyai fasilitas public transportation-nya yang bagus dan unggul. Ukuran transportasi yang unggul dan bagus itu seperti apa sih? Apakah yang aman, nyaman, bersih, cepat, dan murah? Pastinya kriteria yang telah saya sebutkan sudah cukup mewakili sekaligus idaman kita semua selaku warga negara pengguna kendaraan umum.
Bagaimana dengan di Seoul? Di Korea bisa dibilang semua kriteria yang kita idam-idamkan tadi sudah terpenuhi. Meskipun belum sempurna 100%, tapi sudah jauh banget lebih baik dibanding ama Jakarta. Jakarta saya jadikan perbandingan karena ibu kota negara.
Secara umum bus, taksi, kereta api bawah tanah (subway), kereta api listrik, dan lainnya dapat dikategorikan sebagai kendaraan umum di Korea. Ketika saya di sana, saya jajal tuh semua jenis transportasi. Apalagi pas hari pertama datang ke Korea, hal yang pertama saya cari adalah kereta bawah tanah. Saya penasaran gimana sih rasanya naik kereta di bawah tanah sedalam kurang-lebih 5 tingkat ke bawah dan setiap tingkatnya ada yang 3, 4, ampe 5 meter (setiap tingkat ada jalur relnya masing-masing).
Berbasis IT
Kali ini saya bakal jelasin bus dan kereta bawah tanah sebagai sampel transportasi Korea berdasarkan kriteria di atas. Aman, selama saya naik bus dan subway alhamdulillah dompet saya gak beralih tempat ke orang lain tanpa seizin saya (baca: dicopet). Katanya sih copet jarang ada di Korea.
Nyaman dan bersih, kendaraan di Korea semuanya ber-AC dan bersih. Nah, bus di Korea sama kayak bus way di Jakarta, turun-naik penumpang hanya boleh di halte bus. Jadi, gak ada istilah ngetem cari penumpang.
Cepat, kalo pergi ke kantor dan sekolah bisa dijamin gak bakal telat (kalo bangunnya gak telat juga). Apalagi kereta, tepat waktu dan sesuai jadwal. Naik subway dari satu stasiun ke stasiun lain rata-rata waktu perjalanan adalah satu-dua menitan.
Oh iyah, di jalanan Korea jarang terjadi macet. Kalo ada macet pun sebab-musababnya gara-gara ada sesuatu yang tidak diinginkan (kecelakaan) atau perbaikan jalan. Hal ini dikarenakan volume kendaraan diisi kendaraan roda empat atau lebih. So, keberadaan kendaraan roda dua (sepeda motor) jarang bahkan sulit kita temui di Korea (hanya sekitar 2%). Kalo ada orang yang pake motor, itu pun pegawai makanan cepat saji yang sedang mengirimkan pesanan.
Murah, ongkos kendaraan bisa dibilang ekonomis. Kalo Anda pakai kartu (transportasi) maka untuk 10 km pertama hanya 900 won (sekitar 9000 rupiah). Kalo gak pake kartu, bayar dengan uang 1000 won dan hanya ditambah 100 won untuk setiap penambahan jarak 5 km.
Pemakaian kartu kendaraan yang bernama T-money ini sangat praktis. Kalo kita punya kartu ini, gak usah repot-repot ngeluarin uang dari dompet. Kalo depositnya abis tinggal diisi ulang lagi di toko terdekat. Pemakaiannya tinggal ditempel di mesin bayar yang ada di sebelah sopir dan di dalam stasiun kalo subway.
Gimana kalo belum punya tuh kartu? Bayar secara tunai juga bisa, namun yang mesti diperhatikan bayar ongkos secara langsung harus dengan uang pas. Kalo kita ngasih lebih pun gak bakal dikasih kembalian. Loh, kok gitu sih? Soalnya, di Korea gak ada kondektur dan sopir tugasnya cuman nyetir. Uang kita langsung dimasukkan ke dalam mesin. Maka dari itu, bawalah selalu uang pas saat naik kendaraan umum di Korea.
*Ket. Photo: Bus Korea yang futuristik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar