Kata “aa” dan “teteh” sudah tak asing lagi bagi orang Sunda. Kedua kata panggilan tersebut biasa digunakan untuk memanggil kakak dalam anggota keluarga atau orang yang lebih tua. Kata “aa” diperuntukkan untuk laki-laki dan “teteh” untuk perempuan.
Satu hal yang menarik dari bahasa Korea berbicara mengenai kata panggilan ini adalah beragam. Kata panggilan di Korea berbeda-beda tergantung dari siapa yang memanggil dan siapa yang dipanggil.
Yang dimaksud dengan “siapa yang memanggil” adalah apakah dia itu “laki-laki atau perempuan”. Berawal dari sini, kata panggilan akan berbeda. Inilah satu sisi keunikan dari bahasa Korea. Penggunaannya pun jangan sampai tertukar karena akan menimbulkan keanehan bahkan kelucuan.
Kalo sang pemanggil adalah seorang (adik) laki-laki, untuk memanggil kakak laki-laki harus menggunakan kata “hyong”. Masih dari sang pemanggil adalah laki-laki, untuk memanggil kakak perempuan adalah “nuna”.
Nah, kalo pihak dari sang pemanggil adalah seorang adik perempuan beda lagi aturannya. Untuk memanggil kakak laki-laki menggunakan kata “oppa”. Sedangkan untuk memanggil kakak perempuan menggunakan kata “onni”.
Kata “hyong, oppa, nuna, dan onni” pun seperti kata “aa dan teteh” di Sunda. Penggunaannya tidak hanya untuk anggota keluarga saja, tetapi juga bisa digunakan untuk bukan anggota keluarga.
Saya ada cerita tentang penggunaan kata panggilan ini di Korea. Ketika teman saya orang Indonesia (laki-laki) sedang berbelanja di pasar Namdaemun (pasar terkenal kebersihannya di Seoul). Saat itu teman saya berbelanja sebuah pakaian dan pedagangnya adalah seorang abang-abang (Akang).
Tanpa ragu teman saya menanyakan harga pakaian seperti ini, "Oppa, igo olma yeyo?" "Kang...ini harganya berapa?". Reaksi si pedagang tadi bukannya menjawab pertanyaan, tapi melihat teman saya dengan sinis dan mencibir.
Anda tahu kenapa si pedagang sampai hati sinis dan mencibir teman saya? Tahu kan alasannya? Tepat, teman saya salah menggunakan kata panggilan. Seharusnya teman saya menggunakan kata “hyong” bukannya “oppa”. Seperti penjelasan di atas, “oppa” adalah panggilan dari seorang perempuan kepada laki-laki yang lebih tua. Jelas si pedagang begitu sinis dan mencibir teman saya. Dianggapnya teman saya itu adalah seorang “hombreng alias bencong”. Nah lho!
Saya hanya bisa berkata, berhati-hatilah menggunakan kata “aa dan teteh”nya orang Korea. Penggunaannya tertukar, maka jenis kelamin Anda akan dipertanyakan oleh orang Korea.
*Ket. Photo: Saya dan teman Korea saya Kim Su-Sy saat acara pakaian tradisional negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar