Minggu, 06 September 2009

Catatan Perjalanan di Negeri Ginseng, Korea Selatan (4)

Istana Gyeongbok

Jika suatu saat nanti Anda pergi ke Korea terutama Seoul, tempat yang jangan sampai terlewat untuk dikunjungi adalah Istana Gyeongbok atau dalam bahasa Korea, Gyeongbok gung. Ke Korea tapi gak ke Istana Gyeongbok ibaratnya kayak ke Mekkah tapi gak ke Madinah katanya. Uluh...segitunya yah!?

Emang ada apa sih di Istana Gyeongbok? Namanya juga Istana Gyeongbok, yah pasti ada istana bukan mall. Meskipun cuman istana, tapi di sana kita bisa melihat bagaimana istana khas Korea secara langsung. Berkunjung ke istana yang berada di sebelah utara Seoul ini kita akan serasa dibawa ke kondisi kehidupan masyarakat Korea abad ke-14. Djadoel (Djaman doeloe) gituu!

Sebelum masuk Istana kita akan melihat bangunan besar yakni pintu gerbang komplek istana. Di pintu gerbang ini ternyata ada penjaganya lho! Penjaga istana memakai pakaian khas layaknya penjaga istana zaman kerajaan dahulu. Kita juga bisa berphoto bareng ama tuh penjaga. Pengen nyoba pakaian penjaga istana? Bisa, soalnya ada penyewaan pakaian penjaga istana juga di luar gerbang, tapi mesti bayar. Pengen yang gratisan aja! Hihihi..

Setelah melewati pintu gerbang, kita akan melihat sebuah bangunan di depan kita. Bangunan itu bernama Keunjeong-jeon yaitu bangunan utama. Bangunan tersebut adalah singgasana raja di mana tempat raja melakukan tugas-tugas kenegaraan, ngasih perintah, dan menerima tamu-tamu dari luar.

Sempat Hancur
Istana yang mempunyai arti pancaran kegembiraan ini dibangun pada masa dinasti Chosun (Josoen) ketika dinasti Yi memindahkan ibu kota kerajaan ke Seoul. Istana Gyeongbok dijadikan sebagai istana utama kerajaan Chosun saat kekuasaan berada di tangan Raja Taejo, (tahun ke-4 masa pemerintahannya, 1394).

Kondisi istana sempat hancur lebur karena sengaja dihancurkan oleh Jepang saat menginvasi Korea tahun 1592-1598. Kondisi tersebut dibiarkan selama 250 tahun. Nah, tahun 1865 baru deh orang Korea kembali membangun Istana Gyeongbok seperti aslinya (renovasi). Namun, saat invasi Jepang datang lagi ke Korea tahun 1910 sebagian besar dari 200 bangunan istana dihancurkan kembali oleh imperialis Jepang, hingga tersisa hanya beberapa bangunan. Yah..begitulah efek destruktif penjajahan.

Kalo ngomongin sejarah emang gak ada habisnya. Sebenarnya saya masih mau ceritain sejarah Istana Gyeongbok dan jelasin beberapa bangunannya, tapi kalo diceritain semuanya durasinya bisa kayak film India. So, sampai di sini aja yah tentang Istana Gyeongboknya.
Oh iyah mau ngasih saran nih. Kalo nanti Anda ke Korea pas musim panas (kayak saya kemarin), siapkanlah kacamata hitam, payung, atau topi untuk dipakai saat kelilling melihat-lihat istana. Cuaca musim panas di Korea yang gak bisa diajak kompromi adalah alasannya (panas bangeeett!).

*Ket. Photo: Saya di Istana Gyeongbok.

Sabtu, 05 September 2009

Catatan Perjalanan di Negeri Ginseng, Korea Selatan (3)

Si Asam-Asam Pedas

Berkunjung ke luar negeri, belum afdol rasanya jika belum merasakan makanan khas negara tersebut. Belum dapat taste-nya kalo kata sebuah iklan. Meskipun pernah merasakan makanan Korea di Indonesia, tetapi rasaya beda banget kalo makan di negara asalnya. Buatan asli emang selalu lebih punya greget.

Kali ini kayaknya saya bakal kayak Bondan Winarso, menjelaskan makanan kuliner, tapi tanpa ada embel-embel “Ma’nyos!” he..he.. Dari sekian makanan Korea yang ada, yang paling terkenal adalah kimchi. Bisa dibilang kimchi adalah makanan wajib yang harus ada dalam setiap jamuan makanan orang Korea.

Kimchi adalah makanan yang difermentasikan. Bahan dasarnya terdiri dari sawi atau lobak. Sawi dan lobak tersebut dibersihkan terlebih dahulu (ya iyalah masa gak dibersihin), selanjutnya dibaluri garam dan bumbu cabe yang sudah disiapkan. Setelah itu disimpan dalam guci dan dikubur di dalam tanah selama beberapa hari, minggu, bulan, bahkan tahun. Proses pembuatannya persis seperti dalam drama Jewel in the palace: Dae Jang-Geum. Kalo yang pernah nonton tuh drama pasti tahu.

Bagaimana dengan rasanya? Em...pertama kali saya makan kimchi saya berkata seperti ini, “Yang bener aja..! Orang Korea makan makanan kaya gini tiap hari?” Bisa Anda tebak kesan pertama makan kimchi. “Ada juga ternyata makanan kaya gini!?”

Bukannya apa-apa, rasanya yang super asam-asam pedas begitu meresap saat gigitan pertama (udah mulai nih saya berlaga kayak Pak Bondan). Silahkan kapan-kapan coba dan mungkin Anda juga akan berkata sama seperti saya, “Yang bener aja..! Orang Korea makan makanan kaya gini tiap hari?” dengan improvisasi kata-kata sendiri mungkin.

Kimchi biasanya dihidangkan bersama nasi, sup, dan saus. Saus yang terkenal adalah saus “jang”. Saya tidak tahu kenapa sausnya bernama “jang”. Apakah karena orang yang pertama buat adalah pria atau orang Korea turunan Sunda (Ujang maksudnya)? Entah apalah itu saya tidak tahu. Orang Korea juga sering menggunakan bumbu seperti daun bawang dan bawang putih dalam setiap makanan.

Katanya nih, saat musim panas sebagian orang Korea (tidak semua loh) keringatnya beraroma kimchi. Biasanya sering tercium dari tubuh kaum pria. Konon karena saking seringnya makan kimchi. Betulkah itu? Saat saya di sana, saya bisa katakan kabar itu benar adanya. Bayangkan saudara-saudara gimana aroma asam-asam pedas tercium dari tubuh seorang manusia? Ho..ho..