Setelah Kejadian Itu....
Ah, ke mana saja saya ini? Sudah lama tidak berkontemplasi untuk sekedar mengeluarkan sebuah sampah yang ada di otak untuk dimuat di blog ini. Kawan, sudah pernah saya bilang, kan? lebih baik menulis jadi sampah daripada tidak menulis jadi sampah di pikiran. Yah, mudah-mudahan saja tidak sekedar menjadi sampah yang dibuang begitu saja. Harapannya, meskipun tetap menjadi sampah bisa didaur ulang dan berguna untuk kawan-kawan semua. Kawan pasti bisa, jelas karena saya yakin Kawan adalah orang-orang yang cerdas, makannya berkunjung ke blog saya ini. Betul kan? Anggungkan kepala Kawan jika saya benar! Terima kasih!
Ini berawal dari peristiwa awal bulan April lalu yang membuat saya sempat vakum untuk memposting sebuah tulisan di blog ini. Sudah Kawan ketahui bahwa saya mengikuti sebuah lomba blog selama empat bulan terakhir ini. Saya ikut lomba blog yang bertajuk Black Blog Competition yang diikuti oleh 441 peserta se-Indonesia. Jika belum tahu, Kawan sudah tahu sekarang, kan? Barusan saya beritahu. Hi..hi.. Aduh..maaf yah saya jadi sedikit bercanda. Biar hidup sedikit lebih enjoy gitu.
Begini, pengumuman hasil lomba tanggal 13 April lalu menyatakan bahwa nama saya Yogi Achmad Fajar tidak terpampang sebagai juara 3, 2, ataupun 1. Saya sempat melihat-lihat hasil pengumuman sampai 20 kali, tetapi tetap saja hasilnya sama, bukan nama saya yang tercantum sebagai juara. Inilah kelakuan orang yang berharap ada keajaiban dengan melihat berkali-kali sampai namanya ada sebagai juara, padahal sesuatu yang tidak mungkin terjadi—Don’t try this at home! Sedihkah saya? Pertama, saya akui, IYA. Itulah salah satu faktor yang membuat saya sempat tidak menulis di blog sampai akhirnya saya menulis lagi sekarang ini. Dipikir-pikir untuk apa saya melakukan hal kekanak-kanakan membiarkan potensi menulis saya terabaikan—terlepas dari ada-tidaknya inspirasi dalam menulis. Seharusnya saya tetap fight mengahadapi kenyataan. Mungkin ini pelajaran bahwa saya harus mengasah lagi kemampuan menulis saya, banyak bertanya, dan berlatih. Terlontarlah sebuah kalimat dari saya waktu itu, “Saya bukannya TIDAK MENANG, tetapi BELUM MENANG.”
Pemenang adalah orang yang tidak pernah menyerah dan selalu bangkit tatkala ia mengalami jatuh. Pemenang adalah orang yang menjadikan kekalahan sebagai pelajaran yang berharga untuk meraih kemenangan yang tertunda. Pemenang adalah tidak pernah berkata TIDAK MENANG, tetapi selalu berkata BELUM MENANG ketika menghadapi kekalahan. Itulah pemenang sejati.
Lantas, apa yang saya lakukan saat vakum menulis itu—akibat pernah down. Tentunya saya masih membuka blog dan hanya melihat apakah ada komentar pada shout mix atau kolom komentar tulisan. Salah satu kegiatan yang membuat saya bersemangat menulis lagi di blog adalah chatting dengan juara 1 lomba blog yang saya ikuti, namanya Ariel—nama panggilannya. Secara sengaja dan niat, saya melihat blognya(www.ikomumm.blogspot.com). Saya menganalisis bagaimanakah tampilan blog dan isi blog sang Jawara itu. Pelajaran untuk kita semua, belajarlah dari orang yang menjadi juara, supaya bisa termotivasi.
Saat itu kebetulan icon YMnya berstatus online, dengan tidak berpikir dua kali saya langsung chatting dengan Ariel. Alhamdulillah, Ariel orangnya baik dan bersedia menularkan ilmunya kepada saya, terutama tentang desain grafis. Saya akui, dia HEBAT dan TOP BGT tentang desain grafis dan lay out. Terlihat dari desain blognya yang cool. Sebuah skill yang belum saya maksimalkan. Sungguh mengasyikan chatting dengan Ariel.
Banyak ilmu yang saya dapat dari Ariel demi kemajuan blog saya. Kami berdua pun saling menganalisis tentang mengapa Ariel bisa menang dalam lomba blog itu. Tidak luput pula kami saling mengomentari blog satu sama lain. Ariel sempat sedikit merendah bahwa tulisan saya jauh lebih bagus daripada dia. Bahkan, dia ingin belajar menulis yang baik seperti saya. Saya jadi bersyukur saat itu. Saya baru sadar bahwa ada orang yang mengapresiasi tulisan saya dengan komentar yang bagus seperti Ariel. Thanks Riel! Tulisan saya belum seberapa, Kamu malah yang jauh lebih ahli dalam urusan blog daripada saya. Setelah kurang lebih satu jam chatting dengan Ariel, akhirnya saya mengetahui apa-apa yang harus saya koreksi dan tambahkan dalam blog saya bila ada lomba lagi. Harapannya, tentu saja memenangi lomba. Sekali lagi, arigato, gomawoyo, thanks, nuhun Riel atas sarannya.
Soal Alamat Blog
Begitulah Kawan, saat tidak ngeblog, alhamdulillah masih bisa melakukan aktivitas yang menurut saya masih bisa menambah ilmu seperti chatting dengan Ariel. Sebuah refleksi bagi blog saya yang alamatnya(www.gie-insanmuttaqin.blogspot.com) ingin saya ganti. Sedikit berbicara mengenai alamat blog saya ini yang sudah berumur 1 tahun 6 bulan ini. Ibarat bayi, lagi lutu-lutunya dan masih nenen. Begitupun blog saya ini, masih kurang pengalaman dan masih butuh “nenen” banyak berbagai ilmu.
Alamat blog saya yang saya namai ketika awal membuat blog, terasa berat bagi saya. Bukan tanpa alasan, setelah nick name saya (baca: gie) selanjutnya ada terusan insanmuttaqin. Inilah yang saya anggap berat. Jika diartikan adalah “gie orang yang bertakwa”. Kesan pertama adalah adanya ketakutan dalam diri saya, nantinya muncul asumsi pengunjung yang mengunjungi blog saya ini bahwa saya adalah orang yang SOK ALIM. Kedua, jika asumsi itu memang ada dalam beberapa benak pengunjung (mudah-mudahan tidak ada), maka sangat keliru. Saya tidak bermaksud utuk SOK, SOMBONG, atau apalah itu. Saya juga masih perlu banyak belajar tentang agama dan masih jauh dari ranah ketakwan yang paripurna. Masih banyak melakukan dosa, dosa, dosa, dan dosa. Bermaksud klarifikasi—bisa dikatakan demikan—dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan sejarah proses penamaan alamat blog saya. Singkat saja, SMA saya dulu SMA Al Muttaqin. Jadi, untuk menunjukkan saya anak SMA itu maka saya kasih embel-embel insanmuttaqin. Begitu!
InsyaAllah, jika saya punya rezeki, saya akan ganti alamat blog saya ini dan berganti domainnya menjadi .com tanpa ada embel-mbel blogspot-nya juga. Doakan saya yah Kawan!
Minggu, 26 April 2009
Kamis, 02 April 2009
Gerbang Global, Studi Di Negeri Kincir Angin
Gerbang Global, Studi Di Negeri Kincir Angin

Sebagai seorang calon pemimpin masa depan bagi negara kita tercinta Republik Indonesia, kita—saya dan anda yang masih berstatus sebagai seorang pelajar dan mahasiswa—harus melakukan “investasi” besar-besaran dari sekarang. Investasi berupa kompetensi-kompetensi unggul yang akan menjadi modal kita sebagai pemimpin di masa depan yang begitu kompleks.
Tantangan masa depan mulai terasa oleh kita saat ini. Kata “global” dan “globalisasi” menjadi keywords yang selalu muncul dalam tema peradaban. Seiring dengan globalisasi, seiring itu pula mau tidak mau kita mesti berpikir global. Kita dituntut untuk menempatkan diri tidak hanya melihat pada tataran lokal saja, tetapi juga pada tataran global.
Salah satu cara untuk mengejawantahkan wacana tersebut adalah dengan kita menempuh pendidikan (baca: kuliah) di luar negeri. Orientasi kuliah di luar negeri adalah harapan bagi siapa saja yang memiliki semangat keilmuan dan mewujudkan memiliki komunitas global sebagai salah satu kompetensi yang mesti dimiliki calon pemimpin masa depan. Harapan saya dan anda juga, bukan?
Berbicara soal kuliah di luar negeri, Belanda adalah tujuan yang tepat untuk merealisasikannya. Bukan tanpa alasan saya mengatakan tepat karena negara yang terkenal akan damnya ini memiliki keunggulan tersendiri jika kita menempuh pendidikan di sana.
Belanda yang memiliki julukan negara kincir angin ini menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di sana. Tidak sedikit teman-teman pelajar Indonesia yang kuliah di sana. Terhitung sebanyak 500 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda tahun 2008 (NESO). Bahkan, sejarah mencatat sang Proklamator negara kita Mohammad Hatta pernah menempuh pendidikan di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda tahun 1921.
Belanda yang multikultur
Belanda adalah negara di benua Eropa yang terkenal karena penduduknya tidak hanya asli orang Belanda saja, tetapi juga banyak penduduk dari berbagai penjuru dunia yang tinggal di sana—kebanyakan mereka sedang menempuh pendidikan. Hal itulah yang membuat Belanda menjadi negara yang multikultur.
Keunggulan Belanda sebagai negara multikultur merupakan kesempatan yang besar bagi kita untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara lain yang tentunya memiliki perbedaan latar belakang, historis, adat, sifat, ideologi, dan bahasa. Tinjauan sosiologi, bahwasannya seseorang yang berada di sebuah kawasan di mana terdiri dari orang-orang yang berbeda adat, bahasa, suku, dan bangsa akan menjadikan seseorang tersebut memiliki kedewasaan, pola pikir yang jauh ke depan, dan lebih toleran.
Kuliah di Belanda, kita tidak hanya mendapat ilmu semata dari perkuliahan, tetapi juga wawasan yang luas lewat pergaulan dengan orang-orang dari negara lain. Kita akan mengetahui bagaimana karakteristik dan pemikiran orang Belanda, mengetahui bagaimana cara menghadapi orang Inggris, menghadapi orang Jerman, dan pastinya mengetahui pola pikir orang-orang dari belahan penjuru negara lain. Pembelajaran tentang psikologis orang asing pun akan kita dapatkan.
Berkontribusi
Letak geografis Belanda yang strategis di tengah benua Eropa menjadikan negara yang memiliki sistem pemerintahan monarki konstitusional ini menjadi akses poin berbagai negara Eropa lainnya untuk melakukan sebuah interaksi satu sama lain. Indikasi untuk membentuk komunitas global pun semakin terbuka lebar. Sesuatu yang sarat pengalaman dan mendapat jejaring internasional akan kita dapatkan tatkala bisa masuk dalam komunitas tersebut.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan komunitas global ini. Salah satunya adalah ikut berpikir dan memberikan gagasan-gagasan segar terhadap isu-isu yang sedang melanda dunia internasional. Contohnya isu yang sedang headline dan populer dewasa ini seperti global warming. Dengan isu tersebut, komunitas global yang terdiri dari orang-orang dari berbagai negara tentu saja—termasuk kita—bisa sharing dan berbagi argumen untuk memecahkan masalah tersebut.
Lebih lanjut, kita bisa menjadikan komunitas global tersebut menjadi sebuah komunitas yang lebih terorganisasi. Kita bisa menjadikan komunitas global menjadi sebuah organisasi, perhimpunan pelajar antarnegara misalnya. Dengan lebih terorganisasi, maka eksistensi dan tujuannya pun menjadi lebih terarah. Isu global warming tadi misalnya, kontribusi yang nanti diberikan oleh komunitas global tidak hanya dalam bentuk sebuah gagasan saja, tetapi juga bisa memberikan kontribusi berupa aksi nyata di lapangan seperti mengkampanyekan, mensosialisasikan, memberi contoh hidup hemat, dan hal lain yang bisa dilakukan. Kita yang mempunyai rencana (plan), kita juga yang merealisasikannya (action plan).
Betapa indahnya jika kita yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa bisa berkontribusi bagi umat manusia di muka bumi ini. Kita bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat bersama orang-orang dari penjuru negara lain, saling berbagi pengetahuan, dan belajar untuk saling menghormati satu sama lain.
Impian tersebut bisa terwujud salah satu caranya adalah dengan kita menempuh studi di Belanda. Negara yang memberikan kesempatan bagi kita untuk masuk dalam sebuah komunitas yang luas dan mendunia. Memberikan kesempatan bagi kita untuk membuka mata dan hati bahwa kita bisa berkontribusi nyata bagi umat manusia di seluruh dunia.

Sebagai seorang calon pemimpin masa depan bagi negara kita tercinta Republik Indonesia, kita—saya dan anda yang masih berstatus sebagai seorang pelajar dan mahasiswa—harus melakukan “investasi” besar-besaran dari sekarang. Investasi berupa kompetensi-kompetensi unggul yang akan menjadi modal kita sebagai pemimpin di masa depan yang begitu kompleks.
Tantangan masa depan mulai terasa oleh kita saat ini. Kata “global” dan “globalisasi” menjadi keywords yang selalu muncul dalam tema peradaban. Seiring dengan globalisasi, seiring itu pula mau tidak mau kita mesti berpikir global. Kita dituntut untuk menempatkan diri tidak hanya melihat pada tataran lokal saja, tetapi juga pada tataran global.
Salah satu cara untuk mengejawantahkan wacana tersebut adalah dengan kita menempuh pendidikan (baca: kuliah) di luar negeri. Orientasi kuliah di luar negeri adalah harapan bagi siapa saja yang memiliki semangat keilmuan dan mewujudkan memiliki komunitas global sebagai salah satu kompetensi yang mesti dimiliki calon pemimpin masa depan. Harapan saya dan anda juga, bukan?
Berbicara soal kuliah di luar negeri, Belanda adalah tujuan yang tepat untuk merealisasikannya. Bukan tanpa alasan saya mengatakan tepat karena negara yang terkenal akan damnya ini memiliki keunggulan tersendiri jika kita menempuh pendidikan di sana.
Belanda yang memiliki julukan negara kincir angin ini menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di sana. Tidak sedikit teman-teman pelajar Indonesia yang kuliah di sana. Terhitung sebanyak 500 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Belanda tahun 2008 (NESO). Bahkan, sejarah mencatat sang Proklamator negara kita Mohammad Hatta pernah menempuh pendidikan di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam, Belanda tahun 1921.
Belanda yang multikultur
Belanda adalah negara di benua Eropa yang terkenal karena penduduknya tidak hanya asli orang Belanda saja, tetapi juga banyak penduduk dari berbagai penjuru dunia yang tinggal di sana—kebanyakan mereka sedang menempuh pendidikan. Hal itulah yang membuat Belanda menjadi negara yang multikultur.
Keunggulan Belanda sebagai negara multikultur merupakan kesempatan yang besar bagi kita untuk berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai negara lain yang tentunya memiliki perbedaan latar belakang, historis, adat, sifat, ideologi, dan bahasa. Tinjauan sosiologi, bahwasannya seseorang yang berada di sebuah kawasan di mana terdiri dari orang-orang yang berbeda adat, bahasa, suku, dan bangsa akan menjadikan seseorang tersebut memiliki kedewasaan, pola pikir yang jauh ke depan, dan lebih toleran.
Kuliah di Belanda, kita tidak hanya mendapat ilmu semata dari perkuliahan, tetapi juga wawasan yang luas lewat pergaulan dengan orang-orang dari negara lain. Kita akan mengetahui bagaimana karakteristik dan pemikiran orang Belanda, mengetahui bagaimana cara menghadapi orang Inggris, menghadapi orang Jerman, dan pastinya mengetahui pola pikir orang-orang dari belahan penjuru negara lain. Pembelajaran tentang psikologis orang asing pun akan kita dapatkan.
Berkontribusi
Letak geografis Belanda yang strategis di tengah benua Eropa menjadikan negara yang memiliki sistem pemerintahan monarki konstitusional ini menjadi akses poin berbagai negara Eropa lainnya untuk melakukan sebuah interaksi satu sama lain. Indikasi untuk membentuk komunitas global pun semakin terbuka lebar. Sesuatu yang sarat pengalaman dan mendapat jejaring internasional akan kita dapatkan tatkala bisa masuk dalam komunitas tersebut.
Banyak hal yang bisa kita lakukan dengan komunitas global ini. Salah satunya adalah ikut berpikir dan memberikan gagasan-gagasan segar terhadap isu-isu yang sedang melanda dunia internasional. Contohnya isu yang sedang headline dan populer dewasa ini seperti global warming. Dengan isu tersebut, komunitas global yang terdiri dari orang-orang dari berbagai negara tentu saja—termasuk kita—bisa sharing dan berbagi argumen untuk memecahkan masalah tersebut.
Lebih lanjut, kita bisa menjadikan komunitas global tersebut menjadi sebuah komunitas yang lebih terorganisasi. Kita bisa menjadikan komunitas global menjadi sebuah organisasi, perhimpunan pelajar antarnegara misalnya. Dengan lebih terorganisasi, maka eksistensi dan tujuannya pun menjadi lebih terarah. Isu global warming tadi misalnya, kontribusi yang nanti diberikan oleh komunitas global tidak hanya dalam bentuk sebuah gagasan saja, tetapi juga bisa memberikan kontribusi berupa aksi nyata di lapangan seperti mengkampanyekan, mensosialisasikan, memberi contoh hidup hemat, dan hal lain yang bisa dilakukan. Kita yang mempunyai rencana (plan), kita juga yang merealisasikannya (action plan).
Betapa indahnya jika kita yang masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa bisa berkontribusi bagi umat manusia di muka bumi ini. Kita bisa berbuat sesuatu yang bermanfaat bersama orang-orang dari penjuru negara lain, saling berbagi pengetahuan, dan belajar untuk saling menghormati satu sama lain.
Impian tersebut bisa terwujud salah satu caranya adalah dengan kita menempuh studi di Belanda. Negara yang memberikan kesempatan bagi kita untuk masuk dalam sebuah komunitas yang luas dan mendunia. Memberikan kesempatan bagi kita untuk membuka mata dan hati bahwa kita bisa berkontribusi nyata bagi umat manusia di seluruh dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)