Jumat, 21 Desember 2007

Resensi Film Sejarah

"LEBIH BAIK DIASINGKAN DARIPADA MENYERAH PADA KEMUNAFIKAN."SOE HOK GIE
Gie (2005) adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza. Gie mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan pecinta alam.

Film ini diangkat dari buku Catatan Seorang Demonstran karya Gie sendiri, namun ditambahkan beberapa tokoh fiktif agar ceritanya lebih dramatis. Menurut Riri Riza, hingga Desember 2005, 350.000 orang telah menonton film ini. Pada Festival Film Indonesia 2005, Gie memenangkan tiga penghargaan, masing-masing dalam kategori Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nicholas Saputra), dan Penata Sinematografi Terbaik (Yudi Datau).
Soe Hok Gie dibesarkan di sebuah keluarga keturunan Tionghoa yang tidak begitu kaya dan berdomisili di Jakarta. Sejak remaja, Hok Gie sudah mengembangkan minat terhadap konsep-konsep idealis yang dipaparkan oleh intelek-intelek kelas dunia. Semangat pejuangnya, setiakawannya, dan hatinya yang dipenuhi kepedulian sejati akan orang lain dan tanah airnya membaur di dalam diri Hok Gie kecil dan membentuk dirinya menjadi pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Semangat ini sering salah dimengerti orang lain. Bahkan sahabat-sahabat Hok Gie, Tan Tjin Han dan Herman Lantang bertanya "Untuk apa semua perlawanan ini?". Pertanyaan ini dengan kalem dijawab Soe dengan penjelasan akan kesadarannya bahwa untuk memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung sebagaimana mestinya, ada harga yang harus dibayar, dan memberontaklah caranya. Semboyan Soe Hok Gie yang mengesankan berbunyi, "Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan."

Masa remaja dan kuliah Hok Gie dijalani di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI. Soe dan teman-temannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun. Meskipun Hok Gie menghormati Sukarno sebagai founding father negara Indonesia, Hok Gie begitu membenci pemerintahan Sukarno yang diktator dan menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Hok Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Sukarno, dan dengan tegas bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Soe juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat janji-janji manisnya hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Hok Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak interest group berusaha melobi Soe untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya.

Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie, namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Dalam usia berkepala dua, kedua lelaki dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Hok Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut.

Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta. Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai.

Kamis, 13 Desember 2007

Gumilar Say

RECTOR SPEECH
As one of the oldest universities in Indonesia, the University of Indonesia (UI) has pride its reputation which is established by its outstanding learning in 12 faculties, one graduate school and qualified graduates who have been very influential in the country’s history. Since its establishment in 1950, UI has continued to grow and flourish. Today UI remains a dynamic centre of excellence for research and learning, attracting more than 30.000 Indonesian and international students. Most international students come from Korea, Japan, China, ASEAN countries, Taiwan, Turkey, India, Canada, USA, Australia and other countries. As one of Indonesia’s leading universities, students are at the centre of the latest knowledge and method, taught by staff at the forefront of their disciplines.

As part of international community, UI has actively cooperated with other international universities and instititutions in the areas of teaching, research, consultations and exchange of students and staff. It also has a strong link with embassies and industry.

This prospectus (which is also available in electronic form at http://www.ui.edu) describes the range of taught programmes offered at UI and the areas of research which we can offer supervision, admission procedures, and living in UI and Indonesia. It also provides contact details and the address of the faculty’s website if you need further information or would like to discuss your study with a member or staff.

I hope you will find the programme you are looking for, be it degree programmes or short courses. If you would like to apply, please refer to the application procedures section which explains the application in more detail. If you need more information, please contact our International Office staff. We look forward to hearing from you. Sampai jumpa.


Prof.Dr. der Soz. Drs Gumilar Rusliwa Somantri
Rector,
University of Indonesia

Taken from: http://www.ui.edu/

Catatan Seorang Ketua MPK

AKHIR DARI SEBUAH PENGABDIAN
"Akhirnya berakhir sudah masa jabatanku dalam dunia organisasi. Dunia yang telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kepribadian dan skill diri ini." Gie








Liputan acara serah terima jabatan MPK SMA Al Muttaqin. Kamis, tanggal 7 Desember 2007 di Aula SMA Al Muttaqin.


Pidato Gie saat sertijab MPK



Penandatanganan serah terima jabatan Ketua MPK



Serah terima jabatan dari Ketua MPK lama (Gie) ke Ketua MPK baru (Uphenk)



Pemberian cendera mata dari Kepala SMA Al Muttaqin Bapak Dedi Sugandi, S.Pd



Pemberian cendera mata dari siswa diwakili oleh adik kelas Muhammad Haikal






Thanks to all my friend in MPK 2006/2007

Tak terasa waktu telah mengantarkan kita pada sebuah titik akhir pengabdian. Satu kali puasa dan satu kali lebaran telah kita lewati bersama. Banyak hal yang telah kita lewati. Baik itu suka maupun duka. Setahun itu pula kita telah mengukir sejarah bagi SMA Al Muttaqin. Meskipun kita tidak mengukir sejarah yang tidak begitu besar, akan tetapi itulah perjuanagan terbaik kita bagi almamater tercinta. Banyak pengalaman yang telah kita dapatkan di sini. Semoga hal tersebut menjadi bekal bagi kita menyongsong masa depan yang lebih berat dan kompleks nantinya. Terima kasih teman, kalian memang tim yang terbaik yang pernah Gie punya. Kalian bekerja dengan penuh proporsional. Totalitas kalian dalam bekekerja layak dapatkan acungan jempol. Bangga punya anggota seperti kalian. Mohon maaf apabila ketika Gie jadi leader kalian banyak ucapan, perbuatan yang kurang berkenan di hati. Mohon maaf yah! Perjuangan kita belum berakhir teman. Masih panjang dan berliku. Semangat dan fighting!!!ALLAHU AKBAR!!!!!!!ALLAHU AKBAR!!!!






Rabu, 05 Desember 2007

Tahukah Anda.....?????

DO YOU KNOW?????
****Menurut beberapa survei, yahoo
adalah website yang paling sering dikunjungi diseantero Internet. Anda mungkin sudah tahu tentang hal itu, tetapi masih ada hal yang tersisa. Tahukah anda apa arti kata “Yahoo”?

Yahoo, ternyata singkatan. Menurut informasi resmi dari perusahaan tersebut, Yahoo adalah singkatan dari “Yet Hierarchical Officious Oracle” yang berarti “Suatu tempat bertanya segala tahu yang disusun bertingkat dan hirarkis”.

Memang susah menjelaskannya, baik dalam bahasa Indonesia ataupun b. Inggris




****Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk menghitung dari 1 sampai dengan 1 triliyun (1.000.000.000.000)?

Sekiranya tiap 1 satuan diperlukan waktu 1 detik, maka diperlukan waktu 1 triliun detik, atau sama dengan 16,67 milyar menit, atau sama dengan 277,78 juta jam, atau sama dengan 11,5 juta hari, atau sama dengan 31.709,19 tahun (tiga puluh satu ribu tujuh ratus sembilan puluh tahun).

Jadi Anda bisa membayangkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menghitung semua uang yang dikorupsi oleh para pejabat dan konglomerat Indonesia, yang tingkat korupsinya merupakan yang tertinggi di dunia.

Minggu, 02 Desember 2007

Berkenalan dengan Jagoan Matematika

JAGOAN MATEMATIK ASAL TASIK

Ketika Gie sedang browsing di internet tepatnya di google (biasa lah kalo search di internet kalo gak yahoo ya google). Gie iseng-iseng nulis nama sendiri Yogi Achmad Fajar. Trus klik search. Muncul deh hasil pencarian. Alhamdulillah nama Gie ada juga di internet. Yah karena ada blog Gie jadi otomatis kalo di search engine ketemu.

Tapi ada nama Yogi lain yang menjadi perhatian Gie di hasil pencarian itu. Namanya persis seperti Gie hanya berbeda nama belakangnya saja, Yogi Ahmad Erlangga. Bener kan hanya beda belakangnya saja. Kalo Gie Fajar kalo satu lagi Erlangga. Trus, Gie baca deh artikel tentang orang yang satu ini. Yang bikin bangga ternyata Dia tuh ahli matematika yang sudah menyelesaikan kuliah S3 di Belanda. Lebih membanggakan lagi Dia sama-sama orang Tasik (sekampung nih). Gie jadi bangga punya nama Yogi. Gie jadi termotivasi karena nama Yogi juga ada yang bisa berprestasi. Berikut tulisan Gie mengenai Yogi Ahmad Erlangga. (Yogi nyeritain Yogi. He,,,,he,,,,)

Bicara matematika, kebanyakan dari kita memandang bahwa pelajaran yang satu ini merupakan momok khususnya bagi para pelajar. Hal ini karena matematika identik dengan soal-soal yang sulit. Akan tetapi hal itu tidak ada dalam kamus Yogi Ahmad Erlangga. Mahasiswa asal Indonesia yang telah meyelesaikan studi doktornya di Universitas Teknologi Delft, Belanda. Yogi yang lahir di Tasikmalaya 33 tahun silam ini keranjingan matematika.

Bagaimana tidak, Yogi yang telah berhasil memecahkan rumus matematika berdasarkan “Persamaan Helmholtz”. Keberhasilan Yogi memecahkan rumus Persamaan Helmholtz adalah tonggak penting bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan teknologi. Hasil temuannya dapat diterapkan dalam sejumlah bidang. Salah satunya, bisa digunakan untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi.

Ia mampu memecahkan Persamaan Helmholtz yang rumit, setelah mendalaminya selama empat tahun. Dengan riset yang menghabiskan dana hampir Rp. 6 milyar itu, Ia berhasil mengembangkan metode perhitungan lebih cepat. Jika berbicara mengenai perjalanan jagoan matematik asal Tasik ini, memang bisa dibilang mulus. Diawali dengan studi S1 di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia dikenal brilyan sejak masih kuliah di ITB. Yogi lulus cum laude sarjana teknik penerbangan.

Ketika menempuh program master di Universitas Delft pun, Ia lulus cum laude. Sayang, saat menempuh ujian dokor, Ia tak bisa mengukir prestasi yang sama. Yogi lulus doktor matematika terapan dengan predikat sangat memuaskan. Toh, itu tidak membuatnya kecewa.
Yang pasti, Yogi kini mendapat banyak pinangan dari perusahaan dalam dan luar negeri. Antara lain perusahaan minyak Shell International. Lembaga Aplikasi Penelitian dan Industri ITB pun memintanya untuk bekerja sama.

Sebuah perjalanan anak bangsa yang berprestasi di kancah Internasional. Yogi Ahmad Erlangga yang merupakan anak daerah, bisa mengukir prestasi yang sangat membanggakan. Yogi yang mempunyai cita-cita menjadi seorang peneliti ini, telah memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia ilmu pengetahuan.