ANDAIKAN UMUR KITA KETAHUI
Saya pernah ditanya oleh Guru Agama ketika proses KBM berjalan di kelas. Guru saya bertanya kepada saya dan teman-teman sekelas. “Gie, seandainya kamu diberi tahu bahwa umur kamu tinggal 1 bulan lagi, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya Guru saya.
Begitu kagetnya ketika mendengar pertanyaan itu. Mungkin hal senada juga dirasakan teman-teman saya yang kedapatan pertanyaan yang sama. “Em….Saya akan beribadah terus menerus Pak dan bertaubat atas segala dosa yang pernah diperbuat”, jawab saya.
Jawaban yang bervariatif pun muncul dari teman-teman saya. “Saya akan meminta maaf kepada semua orang yang pernah saya sakiti Pak”, ucap Pupu. Ada pula yang menjawab akan meminta kepada orang yang meminjamkan uang untuk menganggap lunas hutang yang belum dibayar.
Guru saya pun menjawab jika hal itu terjadi, ada hal terpenting ketika kita menghadapi maut, yaitu membaca syahadat. “Baca lah syahadat dalam menghadapi syakaratul maut nanti, insyaAllah dijamin masuk surga”, ucap Pak Ilam.
Namun hal tersebut tidak semudah mengembalikkan tangan. Semua itu tergantung amal-amalan semasa hidup. Apabila banyak melakukan ama shaleh, tentunya akan mudah mengucapkan syahadat. Akan tetapi jika yang banyak adalah maksiat, tentunya akan kebalikkannya.
Kontan kami sekelas termenung dan ter-ngiang akan pertanyaan tadi. Betapa hidup kita ini hanya sebentar dan tidak akan abadi. Bak seseorang menjalani sebuah perjalanan dan sedang berhenti sejenak di persinggahan tempat istirahat. Itulah anolgi kehidupan. Tidak akan lama, seseorang tersebut akan terus melanjutkan perjalanan.
Pantas saja Imam Al-Ghazali mengatakan hal yang paling dekat dengan diri kita adalah sebuah kematian. Semua yang hidup pasti akan mengalamai kematian. Hal tersebut tidak bisa kita tawar.
Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana kita dalam mensikapi kematian? Pertanyaan yang sederhana, akan tetapi sulit untuk dijawab bahkan untuk dipahami esensinya.
Seseorang yang beriman akan mensikapinya dengan proporsional. Kematian tidak akan ditakutinya akan tetapi terus diingat bahkan ditunggu-tunggu. Karena apa? Saking kuat keimanannya sehingga ingin berjumpa dengan Rabbnya. Subhanallah!!
Seorang ulama pernah berpesan. Kematian tidak usah kita takuti dan hindari, toh kita akan mati juga pada akhirnya. Yang terpenting adalah bagaimana mengerjakan amal sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat kelak.